
Self Improvement
4 Cara Meredakan Amarah
By STUDiLMU Editor
Halo, rekan pembaca Career Advice, bagaimana biasanya Anda meredakan amarah? Berdasarkan ahli saraf, cara terbaik untuk meredakan amarah adalah dengan berteriak. Tetapi, kita tahu bahwa itu bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan.
Lalu, apa yang dapat dilakukan untuk meredakan amarah? Mari kita simak penjelasan dibawah ini, 4 cara meredakan kemarahan. Sehingga, rekan pembaca Career Advice dapat melakukan cara yang tepat untuk meredakan amarah dan Anda dapat menjadi lebih bahagia.
1. Jangan menahan amarah.
Ketika permasalahan datang, kita mungkin akan menggertakkan gigi dan menahannya, kita bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Tetapi ini adalah cara yang salah. Kita mungkin saja dapat menutupi kemarahan tersebut. Namun, semakin kita melawan amarah tersebut, maka amarah tersebut akan semakin kuat.
Pernahkah rekan pembaca mencoba untuk menghentikan tangis? Ketika kita mencoba untuk menghentikan tangis, air mata kita akan berhenti mengalir dengan derasnya, tetapi percayalah bahwa kita tidak akan merasa lebih baik setelahnya. Begitu juga dengan kemarahan. Semakin kita berusaha melawan kemarahan tersebut, semakin kita memiliki perasaan yang buruk.
Ini juga akan meningkatkan level stres kita. Kita akan mengalami penurunan perasaan positif. Tentu saja, akan sulit rasanya untuk menghasilkan hal-hal yang positif ketika kita mengalami stres. Dan ketika sedang marah, kita mungkin saja memperburuk pertemuan yang kita miliki dengan orang lain. Tentu saja, dalam jangka panjang hal ini dapat menyebabkan hubungan buruk yang tidak bermanfaat.
Orang yang suka menahan amarah biasanya menghindari hubungan dekat dan memiliki hubungan yang kurang positif dengan orang lain. Melawan perasaan menggunakan banyak kekuatan. Inilah yang menyebabkan kita kurang memiliki kendali dan cenderung melakukan hal-hal yang akan kita sesali setelah kita marah.
Suasana hati yang buruk cenderung membuat kita melakukan hal-hal berisiko tinggi. Jadi, saat kita marah, jangan pernah mencoba untuk menekan dan melawan emosi tersebut.
2. Jangan melampiaskan amarah.
Ketika kita marah, kita mungkin saja akan meninju bantal atau berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar. Sungguh, ini bukanlah cara yang tepat untuk dilakukan. Melampiaskan kemarahan hanya akan meningkatkan emosi.
Lalu apa yang harus dilakukan? Mengalihkan perhatian kita. Ini merupakan hal yang dapat membantu kita karena otak kita memiliki sumber daya yang terbatas. Ketika kita mengalihkan pikiran dengan hal lain, kita mengurangi peluang untuk memikirkan hal-hal buruk.
Ketika kita berfokus pada emosi negatif, ini hanya akan membuat kita semakin merasakan emosi itu dan membuat regulasi yang lebih sulit. Ini akan mengurangi kesejahteraan diri kita. Namun, ketika kita mampu untuk mengalihkan perhatian, kita sedang mencoba untuk mendinginkan konflik dan tekanan yang kita alami.
Penelitian menunjukkan hal itu disebabkan karena kedua tugas kognitif dan respon emosional memanfaatkan sumber daya mental yang terbatas yang sama. Artinya, sumber daya yang digunakan untuk melakukan tugas kognitif adalah tidak lagi tersedia untuk proses emosional. Oleh karena itu, seseorang dapat melepaskan diri dari perasaan yang tidak diinginkan dengan melakukan aktivitas kognitif, seperti melakukan persamaan matematika, memainkan permainan Tetris.
3. Meninjau ulang.
Mari kita ambil sebuah skenario. Ketika seorang berteriak di hadapan kita, kita pasti rasanya ingin membalas dengan berteriak juga atau bahkan memukulnya. Tetapi bagaimana jika ternyata ia melakukan hal itu karena ia baru saja ditinggal ibunya? Kita pasti akan membiarkannya melakukan itu dan bahkan mungkin merasa iba dengannya. Apakah situasinya berubah? Tidak, yang berubah adalah pandangan yang kita terapkan dalam diri. Albert Ellis pernah mengucapkan: seseorang tidak frustasi karena peristiwa, tetapi karena kepercayaannya. Meninjau ulang situasi berarti menggunakan pikiran kita untuk menahan amarah.
Jika kita dilatih untuk meninjau ulang, kita mengubah keyakinan kita tentang suatu situasi. Inilah yang membuat otak kita mengubah emosi yang dirasakan. Ini juga berfungsi untuk mengatasi kecemasan. Menginterpretasikan ulang stres yang dialami sebagai suatu hal yang menggembirakan, dapat meningkatkan kemampuan kita dalam menyelesaikan tes.
Penelitian juga menunjukkan bahwa meninjau ulang amarah kita dapat menyebabkan penurunan tingkat pengalaman emosi negatif dan meningkatan pengalaman emosi positif. Orang-orang yang meninjau ulang juga memiliki hubungan sosial yang positif.
Ketika kita marah dan mulai mengatakan. “Masalah ini akan membuat hidupku sengsara,” itu sama saja bahwa kita mengatakan hal yang buruk bagi diri sendiri. Ketika kita mengatakan ulang hal-hal yang akan terjadi yang jauh lebih buruk disaat kita marah, amarah kita melonjak.
Penelitian telah menunjukkan bahwa meninjau ulang faktor yang membuat terjadinya suatu hal menyebabkan penurunan tingkat pengalaman emosi negatif dan peningkatan pengalaman emosi positif. Jadi, jangan pernah menyatakan kemungkinan terburuk yang dapat dialami.
Meninjau ulang kembali juga membantu kita memiliki kendali diri untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan. Dengan begitu kita tetap dapat bertindak hati-hati dan tidak melakukan hal negatif yang justru dapat merugikan kita nantinya.
4. Mengampuni.
Ketika ada orang yang membuat kita marah dan berkepanjangan, satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah mengampuni. Mengampuni dapat menghilangkan kemarahan dalam jangka panjang dan membantu kita mempertahankan hubungan baik. Itu bukan untuk mereka, itu untuk kita. Pengampunan membuat kita lebih sehat.
Pengampunan merupakan obat yang manjur. Ketika kita memaafkan orang lain, detak jantung kita menjadi lebih rendah. Ini akan membuat perasaan kita menjadi lebih nyaman dan damai. Tentu saja, hubungan kita dengan orang lain juga pasti akan membaik.
Itulah 4 cara meredakan amarah yang dapat menjadi panduan bagi rekan pembaca. Ketika Anda marah, lakukan 4 hal ini dan dapatkan kembali ketenangan yang Anda miliki. Selamat mencoba, rekan pembaca Career Advice.
Featured Career Advice
-
Teamwork & Collaboration
Mendesain Proses Hiring yang Berbeda
-
Leadership
Memimpin Secara Virtual
-
Tips of Management
Investasi yang Sebaiknya Dimiliki Oleh Karyawan
-
Emotional Intelligence
Mindfulness Dalam Kerja
-
Teamwork & Collaboration
Melakukan Kolaborasi Secara Virtual
-
Marketing & Sales
Fitur Live Streaming Sebagai Strategi Sosial Media Marketing
-
Productivity
Aktivitas untuk Mengatasi Kebosanan di Kantor
-
Leadership
Melakukan Delegasi Dalam Bekerja
-
Leadership
Perbedaan Bos dan Leader
-
Enterpreneurship
Mengenal dan Membuat Laporan Keuangan Sederhana
-
Enterpreneurship
Mengenal 6 Tipe Pelanggan Sulit
-
Self Improvement
Keseimbangan Untuk Ibu Bekerja
-
Self Improvement
Berpenampilan Profesional Saat Work From Home
-
Coaching
Sukses Menjadi Staff Admin
-
Marketing & Sales
Mengenal Marketing B2P, Pemasaran dengan Karakteristik Individu
-
Happiness
Quality Time dengan Pasangan yang Sibuk Bekerja? Bisa!
-
Productivity
Time Blocking, Meningkatkan Produktivitas dengan Manajemen Waktu
-
Productivity
Work From Home, Mengenal Budaya Kerja Baru
-
Tips of Management
Perencanaan Kerja di Tahun yang Baru
-
Emotional Intelligence
Cara Mengatasi Burnout
-
Enterpreneurship
Mengenal Copyright
-
Tips of Management
Jenis Asuransi yang Diperlukan oleh Pekerja
-
Marketing & Sales
Dari Pengertian Hingga Strategi Digital Marketing
-
Resume & Interviewing
Cara Membuat CV yang Menarik HRD!
-
Productivity
Menerapkan Grit di Tempat Kerja
-
Motivation
Memahami Resesi. Apa Resesi Itu Sebenarnya?
-
Generation Millenials & Z
Kian Minimalis untuk Rumah ala Milenial
-
Self Improvement
Menghadapi Quarter Life Crisis
-
Generation Millenials & Z
Menariknya Kerja di Startup!
-
Tips of Management
Mempersiapkan Dana Darurat untuk Peristiwa Tak Terduga
-
E-learning
Kartu Prakerja dan Pelatihan Online
-
Self Improvement
7 Tips Beradaptasi di Lingkungan Kerja Baru
-
Productivity
Semakin Produktif dengan Makanan Sehat
-
Communication
Komunikasi Bisnis: Verbal & Non-verbal
-
Leadership
Kepemimpinan di Masa Krisis (Leadership in Crisis Time)
-
Generation Millenials & Z
Parenting Gaya Millennials
-
Motivation
3 Tips Never Give Up
-
Motivation
Sumber dan Faktor yang Menghilangkan Gairah Kerja
-
Self Improvement
Bekerja di Luar Passion? Siapa Takut!
-
Self Improvement
Pengertian Tidur, Manfaat Tidur, Serta Hubungan Antara Tidur dan Kinerja
-
Leadership
Budaya Organisasi: Pengertian, Fungsi, Jenis dan Karakteristiknya
-
Leadership
Etika Bisnis: Definisi, Tujuan, Contoh dan Manfaatnya dalam Perusahaan
-
Self Improvement
Pengertian Hutang dan 8 Cara Mengelola Hutang secara Efektif
-
Self Improvement
Pengertian Kartu Kredit dan 20 Cara Menggunakannya Secara Efektif
-
Self Improvement
Kerja Online: Pengertian, Manfaat dan Contoh Kerja Online
-
Self Improvement
Kerja Sampingan: Definisi, Manfaat dan Mengapa Ini Penting untuk Karyawan?
-
Leadership
Integritas: Pengertian, Contoh, Kebiasaan dan Cara Membentuknya
-
Enterpreneurship
Usaha Rumahan: Definisi, Kelebihan dan Kekurangan, serta Hal yang Perlu Disiapkan
-
Enterpreneurship
10 Pertimbangan Sebelum Membeli Bisnis Waralaba
-
Self Improvement
Manajemen Keuangan, Manfaat dan Tips Manajemen Keuangan untuk Karyawan
-
Leadership
Pengertian Manajemen, Tujuan Manajemen dan Keterampilan Manajemen
-
Generation Millenials & Z
Generasi Milenial, Fakta Generasi Milenial dan Tantangan Generasi Milenial
-
Mindset
Pengertian dan Manfaat Positive Thinking, serta Bagaimana Ini dapat Mengubah Hidup Kita?
-
Marketing & Sales
Negosiasi, Ciri-Ciri Negosiasi dan Contoh Negosiasi
-
Communication
Apa Saja Unsur-Unsur Komunikasi yang Perlu Kita Ketahui?
-
Leadership
Pengertian Fungsi Kepemimpinan dan 15 Fungsi Kepemimpinan
-
Communication
Pengertian Komunikasi secara Umum dan Tujuan Komunikasi
-
Self Improvement
Apa Itu Tujuan Hidup dan Bagaimana Mencari Tujuan Hidup?
-
Motivation
6 Langkah Utama untuk Tetap Mempertahankan Motivasi Hidup
-
Innovation
Pengertian Inovasi, Manfaat Inovasi, Tujuan Inovasi dan 5 Mitos Inovasi