×
STUDILMU Career Advice - 5 Cara Mengatasi Konflik dengan Tegas
Communication

5 Cara Mengatasi Konflik dengan Tegas

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

 
Halo rekan pembaca Career Advice, jika Anda adalah orang yang baik, mengatasi konflik bisa menjadi tantangan tersendiri. Cara kita mengatasi konflik dapat memajukan karier atau menghancurkan karier kita. Untuk kita memerlukan strategi yang tepat dalam mengatasi konflik. Jika kita bersikap agresif dalam situasi konflik, ini akan merusak kinerja kita. Kita marah kepada orang lain dan bahkan mengasingkan teman kita. Sementara, jika kita terlalu pasif dalam mengatasi konflik, ini akan menghambat kemampuan kita dalam mencapai tujuan.
 
Orang baik akan cenderung bersikap pasif dalam mengatasi konflik. Tetapi, jika kita tidak dapat mengendalikan kepasifan tersebut, kepasifan tersebut akan dapat berkembang menjadi sikap agresif. Kita harus belajar untuk bersikap tegas dalam mengatasi konflik. Bersikap tegas adalah cara yang sehat dalam mengatasi konflik. Konflik yang sehat tidak akan mengabaikan atau menyepelekan kebutuhan setiap pihak. Dan cara kita mengatasinya adalah hal yang sangat berpengaruh.
 
Bagaimana kita dapat mengatasi konflik dengan tegas, khususnya jika kita adalah orang baik yang selalu merasa tidak enak terhadap orang lain? Berikut adalah 5 cara mengatasi konflik dengan tegas. Dengan begitu, rekan pembaca akan mampu menyelesaikan setiap konflik yang dihadapi dengan baik tanpa harus merugikan diri sendiri atau pihak lain.
 

1. Katakan ‘dan’ bukan ‘tetapi’.

Tindakan sederhana yang dapat kita lakukan dalam mengatasi konflik dengan tegas adalah mengganti kata ‘tetapi’ dengan kata ‘dan’. Ini akan membuat konflik menjadi lebih konstruktif dan kolaboratif. Misalnya, katakanlah, rekan tim kita, Johan ingin menggunakan sebagian besar anggaran untuk memasarkan produk, tetapi kita khawatir hal itu tidak akan menyisakan cukup uang untuk mempekerjakan karyawan baru yang dibutuhkan. Daripada kita harus mengatakan, "Saya melihat bahwa Anda ingin menggunakan uang itu untuk pemasaran, tetapi saya pikir kita memerlukan uang tersebut untuk mempekerjakan karyawan baru," cobalah untuk mengatakan "Saya melihat bahwa Anda ingin menggunakan uang itu untuk pemasaran, dan saya pikir kita perlu merekrut seorang karyawan baru.” Perbedaannya halus, tetapi jika kita menggunakan kalimat pertama, kita mematikan nilai ide yang dimiliki Johan. Dalam kalimat kedua, kita mencoba untuk menyatakan masalah yang ada tanpa merendahkan idenya, dan kemudian membuka kesempatan untuk diskusi. Menggunakan kata "dan" membuat pihak lain merasa seperti sedang diajak kerjasama, bukan bukan sedang dilawan.
 

2. Gunakan hipotesis.

Ketika kita ingin menjadikan diri lebih tegas, jangan sampai kita melemahkan ide yang dimiliki pihak lain. Hipotesis adalah cara terbaik yang dapat kita gunakan. Jika kita mengatakan, “Ide produk yang Anda miliki tidak akan mungkin berhasil karena Anda terlalu mengabaikan tim penjualan”, pernyataan ini akan membuat kita terlihat sangat agresif. Jadi lebih baik kita mengatakan, “Menurut Anda, apa yang harus dilakukan oleh tim penjualan kita dalam memasarkan produk terbaru kita?’”
 
Ketika kita melihat ada kekurangan dalam suatu ide, memberikan hipotesis adalah cara untuk memberi kesempatan kepada pihak lain untuk menjelaskan bagaimana ide yang mereka miliki bisa berhasil. Ini juga menunjukkan bahwa kita bersedia mendengarkan lawan bicara kita. Jadi, daripada kita harus mengatakan bahwa ide yang mereka miliki salah, cobalah memberikan mereka kesempatan untuk membagikan ide yang mereka miliki.
 

3. Jangan menggunakan perkataan yang absolut.

Tidak ada seorangpun yang selalu melakukan sesuatu atau tidak pernah melakukan sesuatu. Tidak seorang pun melihat diri mereka dengan sudut pandang satu dimensi. Jadi, seharusnya kita tidak memandangnya seperti itu. Jangan gunakan perkataan yang absolut seperti, ‘Anda selalu’ atau ‘Anda tidak pernah’. Menggunakan frasa ini dalam mengatasi konflik membuat orang tersebut bersikap defensif dan menutup diri terhadap penjelasan kita.
 
Daripada kita harus menunjukkan bahwa hal yang dilakukan orang tersebut merupakan sebuah masalah, lebih baik berpegang pada kebenaran yang ada. Kita dapat mengganti perkataan tersebut dengan frasa yang lebih mengarah ada frekuensi perilaku yang dilakukan orang tersebut. Misalnya, “Saya perhatikan Anda sering melakukan ini.” Atau “Saya perhatikan, Anda cukup sering melakukan ini.”
 

4. Ajukan pertanyaan sampai mencapai inti masalahnya. 

Ketika menghadapi konflik, kita harus menemukan hal yang menjadi pemicu konflik tersebut. Cobalah untuk memahami posisi orang lain. Jadi, penting untuk kita mengajukan pertanyaan seperti: 
- Mengapa Anda melakukan hal tersebut?
- Apa maksud Anda melakukan hal tersebut?
- Bisakah Anda membantu saya lebih memahami hal ini?
 
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat ditanyakan untuk membangun kepercayaan dan pemahaman bagi kedua belah pihak. Jadi, untuk mengatasi konflik, kita harus menanyakan pertanyaan yang tepat dalam menemukan inti permasalahan yang sebenarnya.
 

5. Berikan solusi.

Percayalah, tidak ada seorangpun yang suka jika ide yang mereka miliki ditolak mentah-mentah oleh orang lain. Jadi, ketika kita berusaha menantang orang lain untuk memberikan idenya, jangan lupa untuk memberikan solusi. Ini menunjukkan bahwa kita ingin bekerja sama dalam menghasilkan perbaikan. Ketika kita berusaha menawarkan solusi, kita tidak melemahkan ide mereka, kita memperkuat nilai ide yang mereka miliki.
 
Misalnya, katakanlah, “Masalah potensial yang akan timbul dari ide Anda tersebut adalah _. Namun, saya pikir masalah tersebut dapat diatasi jika kita mampu mempelajari cara untuk _.” Dengan begitu, kita tidak hanya memberikan solusi. Kita juga mengakui bahwa kita ingin bekerjasama dengannya untuk menemukan jalan keluar.
 
Menjadi ahli dalam mengatasi konflik membutuhkan kecerdasan emosi. Ketika kita memiliki kecerdasan emosi yang baik, kita kan tahu bagaimana mengatasi konflik dengan cara yang terstruktur dan tegas. Ingatlah, kita juga harus mempertimbangkan perasaan orang lain dan jangan membunuh ide yang mereka miliki.
 
Semoga dengan 5 cara ini, rekan pembaca dapat mengatasi konflik dengan tegas. Sehingga, Anda akan menemukan jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak tanpa mematikan ide siapapun dan menimbulkan kerugian bagi siapapun.

Featured Career Advice