×
STUDILMU Career Advice - Merasa Kesepian Di Era Digital
E-learning

Merasa Kesepian Di Era Digital

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

 
“Yang jauh terasa dekat, sedangkan yang dekat terasa jauh” apakah rekan-rekan Career Advice pernah merasakan hal ini? Yap, ini sering kita rasakan di dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini. Teknologi yang kita miliki dalam genggaman seringkali membuat orang-orang terdekat kita merasa terasingkan, sedangkan mereka yang jauh dari pandangan kita seakan-akan sedang berada di depan kita sekarang. 
 
Disadari atau tidak, ini terjadi kepada kita semua. Saat sekelompok karyawan sedang makan siang bersama, namun tidak ada canda tawa di antara mereka. Melainkan masing-masing sibuk dengan ponsel dan media sosial mereka. Contoh lainnya, sepasang suami-istri yang sedang menonton tv bersama sepulang kerja dan ya, hal yang sama terjadi pada mereka. Teknologi telah membuat suasana tidak seceria dulu. 
 
Terlepas dari semua itu, teknologi telah membantu kita untuk terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia sehingga kita tidak perlu mengirim surat lagi. Keberadaan internet juga memungkinkan kita untuk mengobrol, bergabung dengan newsgroup, atau mengirim email kepada siapapun di segala penjuru dunia. Ditambah lagi dengan penemuan ponsel pintar yang sangat memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan orang-orang tercinta yang berada nun jauh di sana. 
 
Tidak berhenti disitu, Facebook, Twitter, Instagram dan beberapa media sosial lainnya juga hadir untuk memberikan kita kemudahan dalam bertemu dengan teman SD, SMP, SMA, Kuliah, bahkan sahabat masa kecil, atau rekan-rekan kerja di kantor yang sebelumnya.  Semuanya bisa dilakukan hanya dengan mengetik nama mereka, dan klik “tambahkan sebagai teman”, kita sudah bisa menjalin tali komunikasi dengan mereka kembali
 
Ini adalah goresan sejarah yang sangat luar biasa. Bayangkan saja, semuanya bisa kita lakukan hanya dengan ponsel pintar dan klik pada setiap hal yang diinginkan. Keren kan? Dari semua ini, kita pasti pernah berpikir bahwa hidup di era digital seperti benar-benar mengasyikkan. Namun faktanya, kehidupan digital tidak memberikan kita kesempatan untuk terhubung dengan siapapun. Penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh dari kita merasa kesepian dan terisolasi. Wah, bagaimana bisa dengan segala kemudahan yang ada, tapi masih merasa terisolasi?
 
Pada artikel ini, kita akan membahas beberapa penyebab yang membuat kita masih merasa kesepian di era digital saat ini:
 

1. Menganggap Hidup adalah Sebuah Kompetisi

Disadari atau tidak, kita sering merasa bahwa kehidupan adalah sebuah kompetisi. Kita sering merasa tidak rela, sedih, rendah diri saat melihat pencapaian orang lain di media sosial. Minggu lalu, teman kecil Anda bertunangan dengan kekasihnya. Lalu, Anda akan mulai berpikir “saya kapan ya? Mengapa dia sudah bertunangan dan saya belum?” dua hari kemudian, teman SMA Anda mendapatkan promosi di kantornya. Untuk kesekian kalinya, kita berpikir yang sama dan membanding-bandingkan diri kita dengan mereka. 
 
Konsekuensinya, kita kesulitan untuk membangun hubungan yang murni dan tulus dengan sesama. Kenapa? Karena kemajuan digital membuat kita menganggap bahwa orang lain adalah kompetitor kita.
 
Cara terbaik untuk membangun hubungan yang tulus dan bermakna adalah dengan berbicara dan berbagi tentang masalah nyata di dalam kehidupan. Bukan menutupinya dengan pamer segala pencapaian agar “diakui” kehadirannya oleh orang lain. 
 
Percayalah, kehidupan yang sempurna itu memang tidak ada, tapi ada cara lain untuk tetap merasa positif. Bukan dengan membandingkan diri kita dengan orang lain, atau memamerkan pencapaian yang kita miliki. Tanpa hubungan yang bermakna, kita akan mudah merasa kesepian meskipun kita dikelilingi oleh orang-orang. 
 

2. Terlalu Memikirkan Kuantitas, Bukan Kualitas

Banyak orang merasa keren saat memiliki teman atau pengikut (followers) yang banyak di sosial media mereka. Mereka cenderung merasa keren karena media sosial mereka banyak diikuti oleh banyak orang. Kuantitas, kuantitas dan kuantitas! Hidup selalu didominasi dengan pikiran semacam ini. Ini membuat kita lupa bahwa kualitas dalam sebuah hubungan jauh lebih penting daripada kuantitas. Buat apa memiliki 1000 teman di Facebook, tapi tidak ada yang benar-benar tau apa makanan kesukaan kita, tidak ada yang sadar mengapa kita sedang merasa sedih? Memiliki teman sejati yang paham bagaimana diri kita, akan jauh lebih berharga daripada memiliki 1000 koneksi lebih di media sosial. 

3. Menjadi Pribadi yang Kurang “Perasa”

Memang benar kehidupan digital telah membuat kehidupan kita menjadi sangat mudah. Mau belajar, belanja, beli makan, beli buku, punya teman bahkan sampai cari jodoh pun semuanya bisa kita dapatkan dengan mencarinya di internet. 
 
Sayangnya, terlalu lama melihat layar ponsel menyebabkan kita sulit untuk menjadi individu yang “perasa”. Perasa disini maksudnya mengerti ekspresi wajah lawan bicara kita. Sampai-sampai kita tidak tahu sebenarnya mereka sedang bersedih, gembira atau sedang merasa tidak mood. Loh kok bisa? Hal ini disebabkan karena kita terlalu intens dengan gadget yang kita miliki. Kehadiran emoji telah menggeser posisi ekspresi wajah yang sebenarnya lebih nyata daripada emoji tersebut. 
 
Pernah tidak rekan-rekan Career Advice mengetik “Hahaha” dengan emoji tertawa, padahal sebenarnya pembaca tidak ketawa sama sekali. Semua itu hanya untuk formalitas agar lawan bicara menjadi tertarik dengan obrolan kita. Sedangkan, saat kita berbicara langsung dengan orang lain, kita malah kurang ekspresif. Nah, inilah penyebab kita menjadi seorang yang kurang “perasa” dengan emosi orang lain. Bagaimanapun juga, berkomunikasi dengan emoji jauh berbeda dari berkomunikasi secara tatap muka atau langsung.

4. Bekerja Jarak Jauh dapat Meningkatkan Rasa Terisolasi

Bekerja dari jarak jauh sudah menjadi sebuah tren yang baru-baru ini memasuki dunia karier di Indonesia. Ini bagus, bahkan sangat hebat saat karyawan bisa bekerja dari jarak yang jauh, namun tetap menghasilkan pekerjaan yang baik. Apalagi dengan letak geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil, terhampar dari sabang sampai merauke. Kita bisa mempunyai karyawan yang tinggal di Kalimantan, namun bergabung dengan tim kerja kita di Jakarta. 
 
Sayangnya, kemajuan ini juga memberikan dampak negatif lainnya. Para pekerja jarak jauh akan lebih merasa kesepian dan terisolasi dibandingkan mereka yang dapat bertemu dengan kolega secara langsung di kantor. 
 
Berkomunikasi melalui email, panggilan telepon, atau panggilan video sekali pun tidak akan pernah sama dengan pertemuan langsung di ruang meeting bersama rekan-rekan kerja lainnya. Pekerjaan jarak jauh dapat menjadi penyebab seseorang merasa terisolasi karena teman, kolega dan anggota keluarga lainnya tidak benar-benar memahami apa yang mereka lakukan sepanjang hari.
 

Trik Agar Tidak Merasa Kesepian 

Untuk terhindar dari perasaan sedih, kesepian, terisolasi dan perasaan tidak menyenangkan lainnya, pembaca Career Advice dapat mencoba untuk bergabung dengan organisasi yang akan membantu kita berinteraksi dengan orang lain secara teratur, misalnya klub pecinta kuliner atau mengajak teman dekat untuk minum kopi sambil bercerita tentang manis pahitnya kehidupan. 
 
Rekan-rekan Career Advice, kita harus menghindari kesepian dalam kehidupan era digital saat ini. Perangi perasaan rendah diri akan kehidupan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan. Pentingkan kualitas bukan kuantitas dalam sebuah hubungan. Gunakan media sosial dengan bijak dan benar agar kita tidak lagi merasa kesepian. Semangat untuk kita semua!

Featured Career Advice