
Self Improvement
Kemampuan Meraih Kesuksesan
By STUDiLMU Editor
Banyak orang meyakini, bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam pekerjaan dan hidup, Anda harus cerdas. Dengan kata lain, IQ sangat berperan. Namun jika Anda pernah mendengar nama William James Sidis, mungkin Anda akan berubah pikiran. Di usia 1 tahun 6 bulan Sidis sudah bisa membaca New York Times, pada usia 8 tahun sudah dapat menguasai 8 bahasa dan ia juga menulis beberapa buku tentang anatomi dan astronomi. William James Sidis, tokoh jenius dengan kejeniusan tidak kurang dari Einstein – IQ antara 250-300, meninggal di usia 46 tahun karena pendarahan di otak, sebelum banyak menyumbangkan ilmunya.
Ironis, mengingat kecerdasan merupakan pemandu (guide) bagi individu untuk mencapai berbagai sasaran dalam hidup. Pendapat umum yang beredar di masyarakat adalah bahwa orang cerdas akan lebih sukses dibanding orang yang kurang cerdas, karena mereka lebih mampu memilih strategi-strategi pencapaian sasaran yang jauh lebih baik daripada orang yang kurang cerdas. Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada Sidis. IQ nya yang tinggi tidak diimbangi AQ yang baik. Ia membiarkan dirinya dihimpit oleh Circle of Concern yang kian membesar.
Kemampuan meraih kesuksesan sangat tergantung pada masing-masing individu. Hal ini terkait dengan kekuatan kepribadian dan kemampuan masing-masing dalam merespon dan bertahan hidup. Orang sukses dan orang gagal sama-sama mengalami berbagai kesulitan dalam pekerjaan dan kehidupan. Perbedaannya terletak pada kecerdasan menghadapi dan merespons kesulitan hidup yang dijalaninya. Keputusan mereka untuk terus mencari cara mengatasinya. Yang artinya, orang sukses lebih cerdas dari pada orang gagal dalam menghadapi kesulitan hidupnya.
Penelitian mengatakan bahwa orang-orang yang tidak memiliki kecerdasan dalam menghadapi tekanan (Adversity Quotient) yang baik akan sangat terhambat dalam mengoptimalkan hidup pribadi, relasi sosial, dan karirnya. Konsep Adversity Quotient pertama kali digagas oleh Paul G. Stoltz. Stoltz dalam dua bukunya berjudul "Adversity Quotient” (1999) dan "Adversity Quotient at Work” (2000) yang secara komprehensif menjelaskan apa yang dimaksud kecerdasan menghadapi kesulitan dan bagaimana meningkatkan kecerdasan baru tersebut. Menurut definisi Stoltz, Adversity Quotient adalah, “The capacity of the person to deal with the adversities of his life. As such, it is the science of human resilience”. Atau bila diterjemahkan, “Kemampuan seseorang untuk menghadapi tantangan kesengsaraan dalam hidupnya”. Mereka yang memiliki AQ tinggi akan menunjukkan perilaku Climbers. Sedangkan mereka yang berpuas diri hingga mudah menyerah adalah para Campers dan Quitters.
Adversity Quotient adalah bentuk kecerdasan selain IQ, SQ, dan EQ yang ditujukan untuk mengatasi kesulitan. AQ dapat dipandang sebagai ilmu yang menganalisis kegigihan manusia dalam menghadapi setiap tantangan sehari-hari. Kebanyakan manusia tidak hanya belajar dari tantangan, tetapi mereka bahkan meresponnya untuk memeroleh sesuatu yang lebih baik. AQ juga dapat digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang ketika menghadapi masalah rumit. Dengan kata lain, AQ dapat digunakan sebagai indikator bagaimana seseorang dapat keluar dari kondisi yang penuh tantangan.
Stoltz bahkan mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki Adversity Quotient yang rendah dapat mengalami dampaknya pada:
· Kemampuan untuk menyelesaikan tanggung jawab
· Kemampuan untuk memberikan respon yang tepat sesuai dengan situasi
· Kemampuan untuk menahan tekanan (stress) sehari-hari
· Semangat atau daya juang di kehidupan sehari-hari
· Kemampuan untuk tetap berharap
· Bahkan kesediaan untuk tetap bertahan hidup
Penelitian yang dilakukan oleh Thomas J Stanley yang kemudian ditulisnya dalam sebuah buku berjudul "The Millionaire Mind" (2003) menjelaskan hal yang sama, bahwa mereka yang berhasil menjadi millioner di dunia ini adalah mereka dengan prestasi akademik biasa-biasa saja (rata-rata S1), namun mereka adalah pekerja keras, ulet, penuh dedikasi, dan bertanggung jawab, termasuk tanggung jawab yang sangat besar terhadap keluarganya.
Berbeda dengan Stoltz, Mortel berpandangan bahwa makin besar harapan seseorang terhadap dirinya sendiri, maka makin kuat pula tekadnya untuk meraih kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup. Mortel berpendapat bahwa kegagalan adalah suatu proses yang perlu dihargai, suatu pengalaman yang akan menghantar seseorang untuk mencoba berusaha lagi dengan pendekatan yang berbeda. Sedangkan Maxwell mengatakan bahwa ketekunan yang dimiliki oleh seseorang akan memberinya daya tahan. Daya tahan tersebut akan membuka kesempatan baginya untuk meraih kesuksesan dalam hidup.
Saat seseorang memutuskan menjadi Climbers, segala resiko dan kesulitan yang mungkin muncul dia hadapi, untuk tetap menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Manusia climber adalah pendaki yang tidak mudah menyingkir berteduh karena panas, atau lapuk karena hujan. Sebagai sosok pendaki, jika menemukan ada hambatan, ia mencari jalan lain. Climbers akan melakukan terbaik yang ia bisa. Totalitas dalam setiap tugas yang dipercayakan kepadanya.
Climbers bukan Quitters yang sekedarnya bekerja dan hidup, mudah putus asa dan menarik diri di tengah jalan. Quitters tidak senang perubahan, sehingga orang sering menyebutnya sebagai mudah menyerah atau lemah. Mereka memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti, lalu menyalahkan orang lain, banyak mengeluh. Climbers bukan pula Campers yang selalu mempertimbangkan resiko yang akan dihadapi, yang tidak ngotot untuk menyelesaikan pekerjaan karena berpendapat akan mengalami resiko. Campers mau melakukan perubahan, tetapi jika menghadapi satu kesulitan mudah patah semangat dan berhenti layaknya orang yang sedang berkemah. Campers bahkan bersuka-ria menikmati jeda waktu istirahat tersebut, tidak berupaya untuk mengatasi kesulitan yang sedang mereka hadapi. Climbers bukanlah Campers yang mudah berpuas diri.
Untuk bisa sukses kita dituntut memiliki kecerdasan IQ juga mampu mengendalikan emosi, yaitu mempunyai Kecerdasan Emosional – Emotional Quotient (EQ) yang baik. Melengkapi itu semua, seorang yang menginginkan kesuksesan perlu memiliki Adversity Quotient yang baik, dan mampu menerapkan AQ secara baik dan benar. Dengan AQ, pemimpin mampu mengatasi permasalahan bisnis dan kinerja karyawan, sehingga memberikan contoh dan menginspirasi anggota timnya. Dengan AQ, karyawan mampu menunjukkan kelayakan menjadi sosok baru pengemban tampuk kepemimpinan.
Jadi silahkan buat pilihan terbaik. Menjadi Climbers, atau terpinggirkan sebagai Quitters.
Featured Career Advice
-
Communication
Microsoft Teams untuk Berkolaborasi Digital
-
Communication
Melakukan Rapat Virtual dengan Microsoft Teams
-
Tips of Management
Tips menjalin relasi dengan banyak orang di LinkedIn Group
-
Tips of Management
Ide Konten yang Menginspirasi untuk Halaman LinkedIn Anda
-
Tips of Management
Tips Membuat Artikel di LinkedIn
-
Tips of Management
Optimalisasi Kinerja Komputer/Laptop dengan Defragment dan Clear Temp Folders
-
Productivity
Strategi yang Tepat untuk Pengambilan Barang (Picking) di Warehouse
-
Productivity
Proses-Proses dalam Warehouse Management
-
Productivity
Mengoptimalkan Fungsi Warehouse
-
Productivity
Mengenal Warehouse Management System
-
Productivity
Jenis-Jenis Warehouse
-
Mindset
Karakteristik Budaya Kerja Jepang
-
Tips of Management
Sukses Berjualan di TikTok Shop
-
Tips of Management
10 Ide Konten TikTok Menarik
-
Marketing & Sales
Jenis-Jenis Struktur Pembelian
-
Tips of Management
Memilih Supplier yang Tepat dalam Manajemen Pembelian
-
Tips of Management
Manajemen Pembelian
-
E-learning
Pelatihan Tatap Muka Vs E-learning: Peran HR yang Makin Krusial di Era Digital
-
E-learning
Mengapa Online Learning merupakan The Future of Education
-
Innovation
Dunia Telah Berubah ke Arah Digital
-
Tips of Management
Memaksimalkan Pengembangan Karyawan Dengan Menggunakan Metode Online
-
Tips of Management
Kunci Sukses dalam Menjalankan Bisnis
-
Self Improvement
Apa itu Ketajaman Bisnis (Business Acumen)?
-
Productivity
Mengoptimalkan Kinerja Laptop Untuk Bekerja Lebih Produktif
-
Marketing & Sales
SPIN Selling sebagai Senjata Penjualan B2B yang Efektif
-
Marketing & Sales
Memilih Metode Penjualan yang Tepat
-
Productivity
Menyajikan Data Secara Visual Agar Lebih Mudah Dipahami
-
Self Improvement
Menerima Umpan Balik (Feedback)
-
Self Improvement
Analisis Persoalan Potensial
-
Self Improvement
Tindakan Pencegahan (Preventive Action)
-
Self Improvement
Rencana Darurat (Contingency Plan)
-
Self Improvement
Pentingnya Membangun Kesan Pertama (First Impression) yang Baik
-
Productivity
Musik Meningkatkan Produktivitas
-
Productivity
Rutinitas Pagi Pekerja Sukses
-
E-learning
Dampak Perkembangan Gadget di Kehidupan Manusia
-
Productivity
Meningkatkan Produktivitas dengan Teknik Pomodoro
-
Tips of Management
Membuat Laporan dengan Efektif Menggunakan Pivot Table
-
E-learning
Tipe-tipe Kecerdasan Manusia
-
E-learning
Meningkatkan Daya Ingat
-
E-learning
Menciptakan Suasana yang Nyaman dalam Belajar
-
E-learning
Meningkatkan Kecepatan Belajar dengan Meningkatkan Fokus
-
E-learning
Musik Memperkuat Konsentrasi dan Fokus
-
E-learning
Pentingnya Mindset untuk Membangun Sukses
-
Tips of Management
Memahami Supply Chain Management
-
Communication
Presentasi Dengan Menggunakan Teknik Storytelling
-
Communication
Fungsi dan Manfaat dari Storytelling dalam Komunikasi
-
Communication
Apa Itu Storytelling
-
E-learning
Mengenal Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
-
Tips of Management
7 Langkah Mudah Membuat Mind Map
-
Tips of Management
Mengenal Jenis-Jenis Mind Map
-
Tips of Management
Permudah Pekerjaan Anda dengan Mind Map
-
E-learning
Etika di dalam Kegiatan Belajar-mengajar Melalui Zoom yang Harus Anda Ketahui!
-
E-learning
Fitur-fitur Zoom untuk Pembelajaran Menjadi Lebih Menarik!
-
Generation Millenials & Z
Membuat Lingkungan Kerja yang Baik untuk Generasi Millenial dan Gen Z
-
Generation Millenials & Z
Berbagai Generasi di Tempat Kerja
-
Generation Millenials & Z
Menciptakan Keceriaan Lintas Generasi di Tempat Kerja
-
Generation Millenials & Z
Menghadapi Generation Gap di Lingkungan Kerja
-
Emotional Intelligence
Menghadapi Tipe Orang Negatif di Lingkungan Kerja
-
Emotional Intelligence
Mengenal Tipe Orang yang Sulit, Si Tank.
-
Emotional Intelligence
Tips Menghadapi Tipe Orang yang Sulit