
Adversity Quotient (Bagian 3)
By STUDiLMU Editor
Manusia adalah sosok yang rapuh ketika seorang diri, terlebih di saat menghadapi masalah. Setiap orang pasti pernah merasakan saat-saat ketika ia merasa benar-benar sendirian di tengah tekanan yang sangat berat. Salah satu penulis pernah mengalami masa-masa ketika tidak memiliki cukup uang untuk biaya kehidupan sehari-hari untuk bulan depan, tidak memiliki sahabat dekat, dan tidak memiliki mentor atau pelatih yang dapat membimbing saat berpindah pekerjaan. Jam demi jam yang penulis gunakan untuk bekerja terasa begitu lama, sunyi, dan menyesakkan dada. Keputusan untuk mengambil peluang berpindah perusahaan dengan salary yang lebih baik saat itu terasa kesalahan besar yang terburu-buru. Penulis sangat merindukan posisi lama di perusahaan terdahulu yang sudah begitu nyaman. Semangat juang penulis rasanya habis terkuras di satu minggu pertama.
Penelitian mengatakan bahwa orang-orang yang tidak memiliki kecerdasan dalam menghadapi tekanan (Adversity Quotient) yang baik akan sangat terhambat dalam mengoptimalkan hidup pribadi, relasi sosial, dan karirnya. Dalam bukunya berjudul Adversity Quotient: Turning Obstacles into Opportunities, Paul G Stoltz memerkenalkan bentuk kecerdasan yang disebut Adversity Quotient (AQ). Menurutnya, AQ adalah bentuk kecerdasan selain IQ, SQ, dan EQ yang ditujukan untuk mengatasi kesulitan. AQ dapat digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang ketika menghadapi masalah rumit. Dengan kata lain AQ dapat digunakan sebagai indikator bagaimana seseorang dapat keluar dari kondisi yang penuh tantangan. Ada tiga kemungkinan yang terjadi yakni ada karyawan yang menjadi kampiun, mundur di tengah jalan, dan ada yang tidak mau menerima tantangan dalam menghadapi masalah rumit (tantangan) tersebut. Katakanlah dengan AQ dapat dianalisis seberapa jauh para karyawannya mampu mengubah tantangan menjadi peluang.
Stoltz bahkan mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki Adversity Quotient yang rendah dapat mengalami dampaknya pada:
- Aspek kesehatan fisik,
- Daya tahan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang fatal,
- Kemampuan untuk menyelesaikan tanggung jawab,
- Kemampuan untuk memberikan respon yang tepat sesuai dengan situasi,
- Kemampuan untuk menahan tekanan (stress) sehari-hari,
- Semangat atau daya juang di kehidupan sehari-hari,
- Kemampuan untuk tetap berharap,
- Bahkan kesediaan untuk tetap bertahan hidup.
Beberapa hal yang cenderung menghalangi seseorang mengembangkan Adversity Quotient yang baik:
-
Kecenderungan multi fokus
Tekanan akan cenderung menghasilkan kekhawatiran, dan kekawatiran cenderung akan mempengaruhi otak kanan untuk bekerja dengan liar. Orang-orang yang terlalu dikuasai kekhawatiran biasanya merasa dapat melihat terlalu banyak hal mengkhawatirkan yang datang atau harus diselesaikan pada saat bersamaan. Ketika diancam oleh tekanan-tekanan yang berat, mereka tidak berusaha untuk menenangkan perasaan dan memfokuskan pikiran untuk memprioritaskan tantangan dan ancaman yang dapat mereka kerjakan atau selesaikan terlebih dahulu. Akibatnya mereka menjadi makin panik dan makin tenggelam kekhawatiran.
-
Kecenderungan menyalahkan pihak luar
Tidak semua hal dapat berjalan sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Pada kenyataannya, jarang sekali terdapat barang, orang, maupun situasi di dalam hidup ini yang dapat berjalan benar-benar sesuai dengan kemauan kita. Walaupun demikian ketidaksesuaian hal-hal tersebut dengan standar kita, tidak dapat membenarkan perilaku kita yang kemudian hanya mengeluh dan tidak melakukan hal-hal yang konstruktif lainnya. Tidak peduli seberapa buruknya kualitas barang, perilaku orang lain, dan situasi yang Anda alami, akan tetap ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan, dan itulah tanggung jawab Anda. Kecenderungan untuk hanya mengkritik, mengeluh, meratap, serta tidak memfokuskan diri untuk melakukan hal-hal kecil yang dapat dilakukan, hanya akan membuat Anda makin tertekan.
-
Kecenderungan menunda hal-hal yang seharusnya dapat dilakukan segera
Tekanan memiliki sifat akumulatif. Semakin lama Anda menunda-nunda menangani sebuah tekanan, maka ia akan mengendap, menumpuk, dan berkembang. Orang-orang yang cenderung suka menunda, sering kali merasa mendapati dirinya tiba-tiba dikepung oleh ribuan ancaman yang ia rasa dapat sangat membahayakan bagi masa depannya. Ironisnya, ketika orang-orang yang suka menunda ini merasa dikepung oleh ancaman yang sangat besar ini, mereka cenderung memutuskan untuk kembali diam dan “menyerahkannya pada nasib” atau “waktu”. Hampir tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan jika berusaha dikerjakan tanpa kepanikan. Penundaan hanya akan menciptakan bom waktu kepanikan dan malapetaka di masa depan.
-
Kecenderungan tidak sabar
Kesabaran adalah elemen yang sangat krusial dalam ketahanan menghadapi tekanan karena tidak semua ancaman dan tantangan dapat diselesaikan dengan instan. Orang-orang yang cenderung tidak sabar akan cenderung kuat ketika menghadapi masalah dalam jangku pendek. Akan tetapi mereka cenderung rapuh ketika menghadapi masalah dalam jangka waktu yang panjang. Mereka seolah-olah mendengar suara sumbang terus menerus di dalam kepalanya, yang mengatakan bahwa jika ia tidak dapat mengatasi masalah dengan segera, maka ia adalah seorang pecundang. Bahwa hidupnya dipenuhi dengan kegagalan. Keberhasilan apapun yang dimiliki di masa lalu adalah keberuntungan semata. Perkataan-perkataan itu biasanya dapat begitu merasuk ke dalam pikiran mereka, sehingga mereka cenderung bertindak nekat dan atau gegabah. Pada akhirnya kenekatan mereka akan memperbesar masalah yang ada, dan bukan menyelesaikannya. Ini dapat berarti juga makin memperpanjang masalah.
AQ dapat dipandang sebagai ilmu yang menganalisis kegigihan manusia dalam menghadapi setiap tantangan sehari-harinya. Kebanyakan manusia tidak hanya belajar dari tantangan tetapi mereka bahkan meresponnya untuk memeroleh sesuatu yang lebih baik. Dalam dunia kerja, karyawan yang ber-AQ semakin tinggi dicirikan oleh semakin meningkatnya kapasitas, produktivitas, dan inovasinya dengan moral yang lebih tinggi. Sebagai ilmu maka AQ dapat ditelaah dari tiga sisi yakni dari teori, keterukuran, dan metode.
Secara teori, AQ menjelaskan mengapa beberapa orang lebih ulet ketimbang yang lain. Dengan kata lain apa, mengapa dan bagaimana mereka berkembang dengan baik walaupun dalam keadaan yang serba sulit. Dalam konteks pengukuran, AQ bisa digunakan untuk menentukan atau menseleksi para pelamar dan juga untuk mengembangkan daya kegigihan karyawan. Sebagai metode, AQ dapat dikembangkan untuk meningkatkan kinerja, kesehatan, inovasi, akuntabilitas, focus, dan keefektifitasan karyawan. Karyawan yang memiliki karakter yang tepat akan dapat bertahan seperti sebuah bambu di tengah tekanan.
Featured Career Advice
-
Leadership
Perubahan dan Strategi untuk Agile Leadership di Era yang Terus Berubah
-
Leadership
Prinsip-Prinsip Agile Leadership
-
Communication
Microsoft Teams untuk Berkolaborasi Digital
-
Communication
Melakukan Rapat Virtual dengan Microsoft Teams
-
Tips of Management
Tips menjalin relasi dengan banyak orang di LinkedIn Group
-
Tips of Management
Ide Konten yang Menginspirasi untuk Halaman LinkedIn Anda
-
Tips of Management
Tips Membuat Artikel di LinkedIn
-
Tips of Management
Optimalisasi Kinerja Komputer/Laptop dengan Defragment dan Clear Temp Folders
-
Productivity
Strategi yang Tepat untuk Pengambilan Barang (Picking) di Warehouse
-
Productivity
Proses-Proses dalam Warehouse Management
-
Productivity
Mengoptimalkan Fungsi Warehouse
-
Productivity
Mengenal Warehouse Management System
-
Productivity
Jenis-Jenis Warehouse
-
Mindset
Karakteristik Budaya Kerja Jepang
-
Tips of Management
Sukses Berjualan di TikTok Shop
-
Tips of Management
10 Ide Konten TikTok Menarik
-
Marketing & Sales
Jenis-Jenis Struktur Pembelian
-
Tips of Management
Memilih Supplier yang Tepat dalam Manajemen Pembelian
-
Tips of Management
Manajemen Pembelian
-
E-learning
Pelatihan Tatap Muka Vs E-learning: Peran HR yang Makin Krusial di Era Digital
-
E-learning
Mengapa Online Learning merupakan The Future of Education
-
Innovation
Dunia Telah Berubah ke Arah Digital
-
Tips of Management
Memaksimalkan Pengembangan Karyawan Dengan Menggunakan Metode Online
-
Tips of Management
Kunci Sukses dalam Menjalankan Bisnis
-
Self Improvement
Apa itu Ketajaman Bisnis (Business Acumen)?
-
Productivity
Mengoptimalkan Kinerja Laptop Untuk Bekerja Lebih Produktif
-
Marketing & Sales
SPIN Selling sebagai Senjata Penjualan B2B yang Efektif
-
Marketing & Sales
Memilih Metode Penjualan yang Tepat
-
Productivity
Menyajikan Data Secara Visual Agar Lebih Mudah Dipahami
-
Self Improvement
Menerima Umpan Balik (Feedback)
-
Self Improvement
Analisis Persoalan Potensial
-
Self Improvement
Tindakan Pencegahan (Preventive Action)
-
Self Improvement
Rencana Darurat (Contingency Plan)
-
Self Improvement
Pentingnya Membangun Kesan Pertama (First Impression) yang Baik
-
Productivity
Musik Meningkatkan Produktivitas
-
Productivity
Rutinitas Pagi Pekerja Sukses
-
E-learning
Dampak Perkembangan Gadget di Kehidupan Manusia
-
Productivity
Meningkatkan Produktivitas dengan Teknik Pomodoro
-
Tips of Management
Membuat Laporan dengan Efektif Menggunakan Pivot Table
-
E-learning
Tipe-tipe Kecerdasan Manusia
-
E-learning
Meningkatkan Daya Ingat
-
E-learning
Menciptakan Suasana yang Nyaman dalam Belajar
-
E-learning
Meningkatkan Kecepatan Belajar dengan Meningkatkan Fokus
-
E-learning
Musik Memperkuat Konsentrasi dan Fokus
-
E-learning
Pentingnya Mindset untuk Membangun Sukses
-
Tips of Management
Memahami Supply Chain Management
-
Communication
Presentasi Dengan Menggunakan Teknik Storytelling
-
Communication
Fungsi dan Manfaat dari Storytelling dalam Komunikasi
-
Communication
Apa Itu Storytelling
-
E-learning
Mengenal Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
-
Tips of Management
7 Langkah Mudah Membuat Mind Map
-
Tips of Management
Mengenal Jenis-Jenis Mind Map
-
Tips of Management
Permudah Pekerjaan Anda dengan Mind Map
-
E-learning
Etika di dalam Kegiatan Belajar-mengajar Melalui Zoom yang Harus Anda Ketahui!
-
E-learning
Fitur-fitur Zoom untuk Pembelajaran Menjadi Lebih Menarik!
-
Generation Millenials & Z
Membuat Lingkungan Kerja yang Baik untuk Generasi Millenial dan Gen Z
-
Generation Millenials & Z
Berbagai Generasi di Tempat Kerja
-
Generation Millenials & Z
Menciptakan Keceriaan Lintas Generasi di Tempat Kerja
-
Generation Millenials & Z
Menghadapi Generation Gap di Lingkungan Kerja
-
Emotional Intelligence
Menghadapi Tipe Orang Negatif di Lingkungan Kerja