.jpg?auto=format)
Leadership
Dari Pengikut ke Pemimpin
By STUDiLMU Editor
Anda tentu masih ingat dengan bahasan lalu tentang menjadi leader dengan menjadi follower. Menjadi pengikut (follower) bukanlah sebuah derajat yang berbeda dengan menjadi pemimpin (leader). Menjadi pengikut, justru adalah jalan untuk membangun fondasi dari kepemimpinan. Selayaknya fondasi, ketika bangunan itu sudah berdiri, ia takkan lagi terlihat sebab terpendam jauh di dalam tanah, dan dibalut bentuk akhir. Namun tanpa sebuah fondasi yang kokoh, keindahan sebuah bangunan akan menjadi kenangan dalam hitungan waktu singkat.
Seorang staf dengan prestasi tinggi saja belum tentu dipandang layak dan akhirnya dipromosikan sebagai leader. Walaupun penulis pernah menemukan seseorang yang diangkat menjadi leader – sementara prestasinya biasa-biasa saja saat masih menjadi staf – tetapi posisinya tidak bertahan lama. Atau seseorang yang dipercaya menjadi leader karena keahliannya dalam satu bidang, walaupun belum menguasai bidang-bidang lain yang terkait dengannya. Pada akhirnya, ia perlu mengembangkan kemampuan yang lebih general terlebih dulu sebelum bisa memimpin sebuah unit dengan fungsi kerja yang beragam.
Salah satu penulis pernah mendapat wejangan dari Vice President perusahaan terdahulunya, “Saat kamu menjadi staf, kerjakanlah segala sesuatunya dengan amat baik, sehingga atasanmu kebingungan jika kamu tidak ada. Dan jika kamu menjadi atasan, kerjakanlah segala sesuatunya dengan teramat baik, jauh lebih baik dari stafmu, sehingga mereka tidak bisa tidak mengerjakan pekerjaan sebaik kamu mengerjakannya.”. Dari kalimat ini, penulis menangkap bahwa followership sejatinya adalah sebuah perjalanan yang berujung pada leadership. Dengan kata lain, leadership adalah followership yang telah mencapai keutuhannya. Sebuah bentuk perkembangan yang perlahan tapi pasti, menjalani proses metamorfosis sampai akhirnya ia memiliki bentuk yang indah dan siap merentangkan sayap menebar influence.
Dan, kesimpulan lain, setiap orang akan mencapai keutuhan ini, namun dalam konteks yang berbeda-beda. Ada yang mencapainya dalam jabatan tertentu di sebuah perusahaan, organisasi, masyarakat, atau keluarga. Tidak penting di konteks mana ia mencapainya, sebab pada akhirnya, bukan jabatan itu yang menentukan keparipurnaannya, melainkan apa yang ia lakukan selama ia memegang jabatan tersebut. Bukankah, semua orang pada akhirnya sama di mata Tuhan? Seorang direktur, belum tentu lebih mulia dari seorang cleaning service, disebabkan tingkat pengabdian, ketulusan, keikhlasan, dan keparipurnaan pribadi yang telah ia dapatkan.
Beberapa penelitian terakhir di ranah kepemimpinan mengindikasikan coaching sebagai metode paling mutakhir untuk mengembangkan kepemimpinan. Melanjutkan proses akuisisi pengetahuan yang didapat melalui pelatihan, coaching menjadikan setiap calon pemimpin menjalani proses pengembangan potensinya secara natural, dalam konteks tempatnya berada, namun lebih sistematik. Seorang coachee akan tetap diminta untuk menjalankan pekerjaannya sehari-hari, dengan sebelumnya menentukan sasaran dan cara baru mengerjakan pekerjaan tersebut, sehingga memungkinkannya untuk memperoleh pemahaman dan keterampilan baru.
Dikaitkan dengan bahasan di atas tentang kepemimpinan sebagai keparipurnaan, coaching akan membimbing seorang calon pemimpin untuk menjalani perannya sebagai follower dengan sasaran dan metode baru yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Hal ini dimungkinkan, karena proses unik yang dimiliki oleh coaching. Berbeda dengan pelatihan, seorang coach tidak mengajarkan apapun kepada coachee-nya. Seorang coach adalah seorang ahli dalam melihat potensi, untuk kemudian menggunakan serangkaian metode agar potensi tersebut dapat muncul dengan sendirinya secara natural tanpa ada proses pengajaran. Berbeda pula dengan terapi yang umumnya mengembalikan klien dari titik minus ke titik nol, dalam coaching, coachee telah berada di titik nol, dan siap untuk melangkah menuju titik plus yang diinginkan.
Jika Anda setuju dengan saya tentang definisi kepemimpinan yang saya kemukakan di atas, maka coaching adalah proses sentral dari pengembangan kepemimpinan saat ini. Dalam coaching lah seseorang akan menemukan makna dari keterampilan yang ia miliki. Dan, makna inilah yang kemudian akan mengantarkannya untuk ‘naik kelas’ menjadi seorang pemimpin.
Jika ingin menyelenggarakan training leadership, silakan menghubungi kami di:
021 29578599 (Hunting)
021 29578602 (Hunting)
0821 1199 7750 (Mobile)
0813 8337 7577 (Mobile)
info@studilmu.com
Featured Career Advice
-
Leadership
Perubahan dan Strategi untuk Agile Leadership di Era yang Terus Berubah
-
Leadership
Prinsip-Prinsip Agile Leadership
-
Communication
Microsoft Teams untuk Berkolaborasi Digital
-
Communication
Melakukan Rapat Virtual dengan Microsoft Teams
-
Tips of Management
Tips menjalin relasi dengan banyak orang di LinkedIn Group
-
Tips of Management
Ide Konten yang Menginspirasi untuk Halaman LinkedIn Anda
-
Tips of Management
Tips Membuat Artikel di LinkedIn
-
Tips of Management
Optimalisasi Kinerja Komputer/Laptop dengan Defragment dan Clear Temp Folders
-
Productivity
Strategi yang Tepat untuk Pengambilan Barang (Picking) di Warehouse
-
Productivity
Proses-Proses dalam Warehouse Management
-
Productivity
Mengoptimalkan Fungsi Warehouse
-
Productivity
Mengenal Warehouse Management System
-
Productivity
Jenis-Jenis Warehouse
-
Mindset
Karakteristik Budaya Kerja Jepang
-
Tips of Management
Sukses Berjualan di TikTok Shop
-
Tips of Management
10 Ide Konten TikTok Menarik
-
Marketing & Sales
Jenis-Jenis Struktur Pembelian
-
Tips of Management
Memilih Supplier yang Tepat dalam Manajemen Pembelian
-
Tips of Management
Manajemen Pembelian
-
E-learning
Pelatihan Tatap Muka Vs E-learning: Peran HR yang Makin Krusial di Era Digital
-
E-learning
Mengapa Online Learning merupakan The Future of Education
-
Innovation
Dunia Telah Berubah ke Arah Digital
-
Tips of Management
Memaksimalkan Pengembangan Karyawan Dengan Menggunakan Metode Online
-
Tips of Management
Kunci Sukses dalam Menjalankan Bisnis
-
Self Improvement
Apa itu Ketajaman Bisnis (Business Acumen)?
-
Productivity
Mengoptimalkan Kinerja Laptop Untuk Bekerja Lebih Produktif
-
Marketing & Sales
SPIN Selling sebagai Senjata Penjualan B2B yang Efektif
-
Marketing & Sales
Memilih Metode Penjualan yang Tepat
-
Productivity
Menyajikan Data Secara Visual Agar Lebih Mudah Dipahami
-
Self Improvement
Menerima Umpan Balik (Feedback)
-
Self Improvement
Analisis Persoalan Potensial
-
Self Improvement
Tindakan Pencegahan (Preventive Action)
-
Self Improvement
Rencana Darurat (Contingency Plan)
-
Self Improvement
Pentingnya Membangun Kesan Pertama (First Impression) yang Baik
-
Productivity
Musik Meningkatkan Produktivitas
-
Productivity
Rutinitas Pagi Pekerja Sukses
-
E-learning
Dampak Perkembangan Gadget di Kehidupan Manusia
-
Productivity
Meningkatkan Produktivitas dengan Teknik Pomodoro
-
Tips of Management
Membuat Laporan dengan Efektif Menggunakan Pivot Table
-
E-learning
Tipe-tipe Kecerdasan Manusia
-
E-learning
Meningkatkan Daya Ingat
-
E-learning
Menciptakan Suasana yang Nyaman dalam Belajar
-
E-learning
Meningkatkan Kecepatan Belajar dengan Meningkatkan Fokus
-
E-learning
Musik Memperkuat Konsentrasi dan Fokus
-
E-learning
Pentingnya Mindset untuk Membangun Sukses
-
Tips of Management
Memahami Supply Chain Management
-
Communication
Presentasi Dengan Menggunakan Teknik Storytelling
-
Communication
Fungsi dan Manfaat dari Storytelling dalam Komunikasi
-
Communication
Apa Itu Storytelling
-
E-learning
Mengenal Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
-
Tips of Management
7 Langkah Mudah Membuat Mind Map
-
Tips of Management
Mengenal Jenis-Jenis Mind Map
-
Tips of Management
Permudah Pekerjaan Anda dengan Mind Map
-
E-learning
Etika di dalam Kegiatan Belajar-mengajar Melalui Zoom yang Harus Anda Ketahui!
-
E-learning
Fitur-fitur Zoom untuk Pembelajaran Menjadi Lebih Menarik!
-
Generation Millenials & Z
Membuat Lingkungan Kerja yang Baik untuk Generasi Millenial dan Gen Z
-
Generation Millenials & Z
Berbagai Generasi di Tempat Kerja
-
Generation Millenials & Z
Menciptakan Keceriaan Lintas Generasi di Tempat Kerja
-
Generation Millenials & Z
Menghadapi Generation Gap di Lingkungan Kerja
-
Emotional Intelligence
Menghadapi Tipe Orang Negatif di Lingkungan Kerja