×
STUDILMU Career Advice - 5 Risiko Human Resources Paling Teratas dan Cara Menanganinya
Leadership

5 Risiko Human Resources Paling Teratas dan Cara Menanganinya

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

Pengertian dari Risiko Human Resources

Risiko Human Resources? Pernahkah rekan-rekan Career Advice mendengar istilah ini sebelumnya? Jika belum pernah, tidak mengapa. Pertama-tama, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan “Human Resources” terlebih dahulu. Human Resources adalah suatu bagian dalam organisasi atau perusahaan yang bertugas untuk melakukan manajemen sumber daya manusia (SDM) dengan mengawasi berbagai aspek ketenagakerjaan seperti, kepatuhan terhadap hukum ketenagakerjaan, standar ketenagakerjaan, administrasi tunjangan karyawan, pengorganisasian dokumen-dokumen penting milik karyawan sebagai referensi di masa mendatang, melaksanakan proses rekrutmen, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, bagian khusus untuk human resources disebut sebagai Human Resource Department
 
Seiring berjalannya waktu, peran dan fungsi sumber daya manusia semakin lama semakin beradaptasi dengan perkembangan lingkungan bisnis yang ada. Misalnya, perkembangan era digital mendorong para staf di dalam Human Resource untuk melakukan tugasnya dengan bantuan teknologi. Namun, tantangan memang tidak akan pernah hilang dari kehidupan manusia, begitu juga pada Human Resources Department. Oleh karena itu, kita harus tahu betapa pentingnya sumber daya manusia atau Human Resources untuk menghadapi segala risiko yang ada dan memberikan penanganan yang tepat.
 

Apa Saja Risiko yang Mungkin akan Dihadapi oleh Human Resource? Dan Bagaimana Cara Menanganinya?

Menurut website jobable dot com, ada 5 risiko human resources yang paling teratas yang perlu kita tangani dengan cepat dan tepat. Dalam hal ini, kita tidak hanya akan mendiskusikan risikonya saja loh, namun kita juga akan membahas cara-cara penting yang dapat diterapkan untuk menanganinya dengan baik. Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini. 
 

1. Risiko dalam Membangun Budaya Perusahaan yang Negatif. 

Salah satu tujuan sumber daya manusia atau human resources adalah membangun dan menerapkan budaya perusahaan yang positif dan nantinya diterapkan oleh semua karyawan di dalam perusahaan. Akan tetapi, salah satu risiko yang mungkin akan dihadapi oleh divisi Human Resource adalah tersebarnya budaya perusahaan yang negatif. Mengapa hal ini bisa terjadi? Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya bisa seperti, komunikasi internal yang buruk antara karyawan dengan pihak manajemen termasuk dengan divisi Human Resource, rasa demotivasi yang dirasakan oleh karyawan, employee engagement yang sangat rendah, kurangnya rasa empati di dalam tim, dan lain sebagainya. 
 
Masalahnya, budaya perusahaan yang negatif akan menjadi bencana yang besar bagi suatu perusahaan. Namun, membangun budaya perusahaan yang kuat dan positif memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. 
 
Lalu, bagaimana cara untuk menanganinya? Dalam hal ini, kita perlu merangkul semua lapisan karyawan, tidak peduli siapapun mereka. Dari satpam, office boy, sampai kepada karyawan yang sudah menduduki posisi manajer, semuanya harus kita rangkul bersama-sama. Perbaiki komunikasi internal kita dengan mereka dan tingkatkan employee engagement dengan mengakui semua dinamika kebahagiaan yang karyawan rasakan. Melalui employee engagement yang kuat, sisi emosional yang diperlukan oleh karyawan akan terpenuhi dengan baik. 
 

2. Risiko dalam Perencanaan dan Tujuan yang Gagal. 

Divisi Human Resource atau sumber daya manusia menurut para ahli adalah divisi yang berperan sebagai penopang kesuksesan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Mereka adalah bagian yang bertugas untuk merancang perencanaan kesuksesan untuk perusahaan tersebut. Sayangnya, tugas Human Resource ini juga memiliki risiko yang tinggi untuk gagal. 
 
Bagaimana perencanaan dan tujuan perusahaan bisa gagal? Hal ini bisa terjadi ketika perencanaan dan tujuan yang dibuat tidak memiliki dukungan yang kuat dari para eksekutif. Misalnya, para eksekutif tidak mendukung visi dan misi perusahaan. Munculnya para eksekutif yang bersikap seperti ini karena penyeleksian pemimpin perusahaan tidak dilakukan dengan sangat selektif. 
 
Lalu, bagaimana cara untuk menanganinya? Tidak semua karyawan yang berkinerja baik cocok dan mampu untuk menjadi pemimpin perusahaan, baik sebagai team leader, manajer, supervisor atau jabatan kepemimpinan lainnya. Dalam hal ini, Human Resource perlu mengidentifikasi bakat kepemimpinan karyawan dengan sebaik mungkin. Coba berikan fokus yang lebih pada program-program perusahaan yang dapat memberikan peluang pengembangan diri untuk para karyawan dan seleksi keterampilan kepemimpinan mereka dengan sangat ketat. 
 

3. Risiko karena Tidak Menawarkan Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan. 

Salah satu risiko yang paling sering dihadapi oleh divisi Human Resource adalah ketika perusahaan tidak menawarkan atau kurang menawarkan program-program bermanfaat untuk pelatihan dan pengembangan karyawan. Akan jarang sekali kita lihat karyawan yang tidak mau berkembang di suatu perusahaan atau sudah merasa puas dengan karier yang dimilikinya. 
 
Kenyataannya, hampir semua karyawan ingin memiliki jenjang karier yang lebih baik, pendapatan yang lebih tinggi, dan tentunya mendapatkan peluang pengembangan diri yang lebih banyak. Logikanya, untuk apa bergabung dengan suatu organisasi atau perusahaan jika kita tidak mengalami pengembangan apapun? 
 
Human Resource yang tidak menyediakan platform pengembangan diri seperti ini akan berhadapan dengan risiko yang besar. Konsekuensinya, akan ada banyak karyawan berbakat yang keluar dari perusahaan tersebut. Tentu saja, karyawan berbakat tidak akan berdiam diri di suatu tempat kerja tanpa peluang pengembangan diri sedikitpun. 
 
Lalu, bagaimana cara untuk menanganinya? Merancang dan melaksanakan program-program pelatihan dan pengembangan keterampilan karyawan yang efisien. Coba cari peluang pembelajaran yang bisa kita berikan kepada karyawan minimalnya sebulan sekali atau tiga bulan sekali. Secara perlahan namun pasti, karyawan tidak akan lagi merasa khawatir dengan perkembangan mereka. 
 

4. Risiko yang Didapat Ketika Tidak Mampu Menangani Ekuitas Pembayaran. 

Sebenarnya, masalah tentang kesenjangan pembayaran atau upah karyawan sudah menjadi masalah dan tantangan yang dihadapi oleh para staf Human Resource sejak zaman dahulu. Hal ini bukan hanya terjadi pada staf Human Resource atau sumber daya manusia di Indonesia, namun hampir di seluruh dunia. 
 
Melihat kondisi permasalahan yang tidak berubah ini, data menunjukkan bahwa, “Ketika karyawan merasakan adanya kesenjangan pembayaran upah karyawan di dalam perusahaan mereka, persentase karyawan yang ingin tetap bertahan pada perusahaan tersebut menurun hingga 16%”. 
 
Lalu, bagaimana cara untuk menanganinya? Jobable menyarankan bagi setiap perusahaan ada baiknya menerapkan sistem “Pembayaran secara transparansi”.  Maksudnya, setiap karyawan bisa tahu mengapa rekan kerjanya mendapatkan bayaran atau gaji yang lebih daripada dirinya, mungkin karena jumlah pengalaman, latar belakang pendidikan, pencapaian target, dan kinerja lain yang bisa menjadi nilai tambah pembayaran. Dengan cara ini diharapkan bahwa karyawan lain yang tidak mendapatkan bayaran tinggi bisa mencontoh prestasi yang rekan-rekan kerjanya lakukan.  
 
Yap! Mungkin solusi seperti ini akan sangat sulit untuk diterapkan, terlebih lagi tidak semua orang merasa “nyaman” jika jumlah gajinya harus diketahui oleh orang lain. Namun, tidak ada salahnya untuk mencoba bukan?
 

5. Risiko karena Kurangnya Rasa Sensitif terhadap Budaya yang Beragam.   

Di zaman modern seperti sekarang ini, rasanya terdengar sangat kuno jika kita tidak memiliki rasa sensitif dan toleransi yang tinggi terhadap budaya yang beragam. Terlebih lagi, keberagaman yang terjaga dengan baik dapat menjadi aset yang berharga untuk kesuksesan suatu organisasi dan perusahaan di masa mendatang. Sayangnya, masih banyak Human Resource yang bersikap kurang inklusif seperti ini, sehingga risiko untuk ditinggalkan para karyawan berbakat dari berbagai latar belakang sangatlah tinggi. 
 
Lalu, bagaimana cara untuk menanganinya? Hindari pola pikir yang sempit bahwa seorang karyawan yang berasal dari suku atau etnis yang berbeda dengan kita adalah orang-orang yang kurang kompeten. Semua stigma negatif yang melekat pada diri seseorang hanya karena suku, etnis, agama, warna kulit yang berbeda dengan kita, semua itu sudah tidak berguna lagi. Perlu diketahui juga, rasa saling bertoleransi ini tidak akan tercipta dengan baik jika tidak dimulai dari pihak atas.
 
Dengan kata lain, para pemimpin dan eksekutif perlu turut menerapkan prinsip toleransi pada keberagaman ini. Data statistik menunjukkan bahwa, “Jika suatu perusahaan berhasil menanamkan toleransi pada keberagaman dan inklusi, maka karyawan akan bekerja lebih keras sebanyak 12% dari biasanya, dan 19% karyawan akan bertahan lebih lama di perusahaan tersebut. 
 
Nah, itulah 5 risiko paling teratas atau paling sering terjadi pada divisi Human Resource, serta cara-cara hebat untuk menanganinya. Jika rekan pembaca termasuk ke dalam bagian Human Resource, yuk cegah 5 risiko di atas mulai dari sekarang. Selamat menerapkannya ya, rekan-rekan Career Advice.

Featured Career Advice