×
STUDILMU Career Advice - 5 Alasan Musuh Terbesar adalah Diri Sendiri
Emotional Intelligence

5 Alasan Musuh Terbesar adalah Diri Sendiri

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

Apa Itu Musuh? 

Musuh adalah lawan, yang bisa berwujud sebagai benda hidup atau benda mati. Musuh juga kerap diartikan sebagai sesuatu yang mengancam keselamatan, kesehatan dan membuat kerusakan yang merugikan. Musuh tidak hanya menjadi suatu hal yang dapat kita lihat dan rasakan, namun musuh juga bisa menjadi suatu hal yang tidak kita sadari. 
 
Ketika kita ingin meraih kesuksesan, akan ada banyak musuh yang datang menghampiri kita. Dalam hal ini, kita perlu bersikap pintar untuk menyeleksi mana yang teman dan mana yang lawan. Apakah musuh kita adalah orang lain, atau malah diri sendiri? Tapi, apa benar bahwa kita bisa menjadi musuh terbesar bagi diri sendiri? Nah, pada artikel kali ini kita akan menjawab pertanyaan tersebut. 
 

Adakah Alasan yang Mendukung bahwa Musuh Terbesar adalah Diri Sendiri? 

Ada satu peribahasa yang sering terjadi di dalam kehidupan kita yaitu, “Gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak”. Peribahasa ini memiliki arti bahwa kebenaran yang dilakukan oleh seseorang tidak kita dibicarakan namun kesalahan yang sangat kecil sering kita permasalahkan. Peribahasa ini menunjukkan bahwa kita sering berfokus pada orang lain, bahkan kesalahan-kesalahan yang orang lain lakukan sering kita permasalahkan.
 
Kita juga sering menganggap bahwa orang lain adalah penyebab kegagalan yang kita hadapi sekarang, padahal itu semua belum tentu benar. Bisa jadi, kita adalah penyebab utama dari segala kegagalan yang ada. Menurut website marc and angel, ada 5 alasan yang membuktikan bahwa kita adalah musuh terbesar bagi diri sendiri. 
 

1. Keyakinan Diri yang Lemah adalah Musuh Berbahaya.

Kita mungkin merasa kesal ketika orang-orang di sekitar kita tidak mempercayai kita suatu pekerjaan atau kesempatan untuk berkarya. Secara cepat, kita akan berpikir bahwa mereka tidak suka jika kita sukses atau mereka tidak mau berbagi peluang emas dengan kita. Padahal, mereka tidak menawarkan peluang emas kepada kita karena kita tidak menunjukkan keyakinan yang kuat di hadapan orang lain.
 
Disadari atau tidak, kita sering bersikap tidak percaya diri dan selalu meremehkan diri sendiri. Lantas, jika kita selalu bersikap seperti itu, apakah orang lain akan percaya dengan kemampuan kita? Tentu saja tidak. Jika kita tidak memiliki harapan di dalam diri, itu bukan karena tidak ada harapan, namun itu karena kita tidak percaya ada banyak harapan di sekeliling kita.
 
Terkadang kita harus mencoba melakukan apa yang menurut kita tidak bisa dilakukan. Sehingga, saat kita berhasil melakukannya, kita akan tersadar bahwa sebenarnya kita BISA melakukannya dengan baik. Semua bentuk kesuksesan berasal dari dalam diri sendiri, karena kesuksesan adalah sesuatu yang perlu diraih. Bukan sesuatu yang akan diberikan secara gratis oleh orang lain. 
 
Ketika rekan pembaca merasa kebingungan karena tidak memiliki keyakinan yang kuat, maka orang pertama yang perlu rekan pembaca tekan adalah DIRI SENDIRI.
 

2. Harapan yang Konstan adalah Musuh Berbahaya. 

Di dalam hidup, segala sesuatu tidak bisa berjalan dengan konstan. Perubahan akan selalu datang silih berganti, sehingga harapan-harapan yang kita miliki juga tidak bisa konstan, pasti akan mengalami perubahan. Sebagai contoh, dulu mungkin kita akan berpikir bahwa bekerja sebagai pegawai pemerintahan adalah pekerjaan yang kece. 
 
Namun, seiring perkembangan zaman, bisnis startup semakin merajalela. Kita akhirnya memutuskan untuk mendirikan bisnis startup kita sendiri dan menjadi pemimpin startup tersebut. Contoh ini menunjukkan bahwa kita berusaha untuk mengubah harapan kita sesuai dengan keadaan. Namun, bagaimana jika kita tetap berpikir bahwa kita harus bisa bekerja sebagai pegawai pemerintahan, tidak peduli bagaimanapun caranya. 
 
Ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin dan takdir memang berkata lain, kita akan merasa kecewa dengan kenyataan ini. Bukan hanya itu, kita juga akan kehilangan semangat hidup, demotivasi dan berhenti untuk melangkah maju. Akibatnya, kita tidak bisa menjadi sukses hanya karena terhambat dengan harapan-harapan konstan dari diri sendiri. 
 

3. Obsesi yang Berlebihan adalah Musuh Berbahaya. 

Kita semua pasti punya obsesi, namun terkadang obsesi berlebihan yang kita miliki malah akan menjadi bumerang tersendiri. Ketika kita tidak dapat memenuhi obsesi yang terlalu tinggi, kita cenderung mengindikasikannya sebagai sebuah kegagalan. Sebagai contoh, saya memiliki target untuk mendapatkan lima klien baru di bulan ini. Akan tetapi, di akhir bulan saya hanya mendapatkan dua klien baru, sedangkan tiga klien lainnya menolak untuk bekerjasama dengan perusahaan saya. 
 
Obsesi yang berlebihan membuat saya hanya berfokus pada jumlah klien yang gagal saya dapatkan. Bahkan, saya lupa untuk bersyukur karena sudah ada dua klien yang akhirnya mau bekerjasama dengan perusahaan saya. Dengan kata lain, obsesi yang terlalu tinggi telah membuat saya melihat kegagalan ada dimana-mana, padahal apa yang saya anggap gagal belum tentu kegagalan secara total. 
 
Memiliki tujuan hidup itu baik, namun ketika tujuan sudah berubah menjadi obsesi yang berlebihan, maka obsesi akan berubah menjadi musuh yang berbahaya. 
 

4. Terlalu Memaksakan Kehendak adalah Musuh Berbahaya. 

Memaksakan kehendak juga bisa menjadi musuh yang berbahaya bagi diri sendiri, bahkan bagi orang-orang di sekitar kita. Ketika banyak rekan kerja, klien, mitra bisnis atau pelanggan yang lari dan menjauh dari diri kita, kemungkinan besar penyebabnya datang dari diri kita sendiri. 
 
Ketika kita memaksakan segala sesuatu harus berjalan sesuai kehendak kita, ini hanya akan membuat hidup kita menjadi lebih susah. Apalagi jika hal ini membuat orang lain juga merasakan kesusahan, orang-orang di sekitar kita akan enggan untuk berinteraksi dengan kita. Akibatnya? Kita akan semakin kesusahan untuk mendapat berbagai peluang emas. 
 

5. Terlalu Lama di Zona Nyaman juga bisa Menjadi Musuh Berbahaya. 

Tanpa disadari, kita terlalu nyaman pada segala hal yang kita miliki sekarang dan enggan melangkah keluar untuk mengembangkan diri. Kita tidak mau belajar lagi, karena kita merasa bahwa semua keterampilan kita sudah memadai. Kita tidak mau mendengarkan para pelanggan, karena kita merasa bahwa pelayanan pelanggan yang diberikan sudah sangat baik. Atau, kita tidak mau memberikan inovasi-inovasi baru, karena kita merasa sudah menjadi yang paling terdepan. Perasaan nyaman yang berlebihan akan menghambat kesuksesan kita. Tidak ada yang bisa mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman tersebut, selain diri sendiri. 
 
Setelah membaca artikel di atas, kami berharap bahwa artikel ini bisa membantu rekan-rekan pembaca untuk mendeteksi musuh terbesar yang ada di dalam kehidupan Anda yaitu diri kita sendiri. Selamat melawan musuh terbesar kita ya, rekan-rekan Career Advice.

Featured Career Advice