×
STUDILMU Career Advice - 4 Cara Membangun Kepercayaan yang Hilang di Lingkungan Kerja
Self Improvement

4 Cara Membangun Kepercayaan yang Hilang di Lingkungan Kerja

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

 

Berbicara Tentang Kepercayaan, Apa Ya yang Dimaksud dengan “Kepercayaan”?

Kepercayaan adalah suatu rasa yang perlu hadir sebagai sebuah fondasi yang kuat dalam sebuah hubungan antar manusia. Di lingkungan kerja, kita memiliki jenis kepercayaan yang biasa disebut sebagai kepercayaan kerja, yang terjalin antara satu karyawan dengan rekan kerja lainnya, dan antara karyawan dengan atasannya. 
 
Kepercayaan dalam lingkungan kerja harus dijaga dengan sangat baik. Kepercayaan dan amanah yang dititipkan dari atasan harus dijaga baik-baik oleh para karyawan. Ketika kepercayaan hancur, maka ini akan sulit untuk diperoleh kembali. Kepercayaan pada organisasi kerja dan pada rekan kerja kita merupakan hal mendasar bagi kebahagiaan dan kesuksesan kita di tempat kerja. Ini menandakan bahwa kepercayaan merupakan landasan budaya kerja perusahaan yang sukses. Bagaimana jika tidak ada rasa “kepercayaan” di dalam lingkungan kerja? Wah, kondisi seperti ini pastinya akan sangat menyusahkan dan membuat kita merasa tidak nyaman dalam bekerja. 
 
Tahukah rekan-rekan Career Advice, dari semua elemen budaya kerja seperti, komunikasi yang transparan, motivasi karyawan, risiko yang bijaksana, pencapaian tujuan, kepada keterlibatan karyawan, dan dari semua ciri khas organisasi yang efektif, kepercayaan kerja lah yang paling utama dan terpenting. Tanpa adanya kepercayaan, pencapaian kerja lainnya tidak akan dapat diraih. 
 
Lalu, bagaimana jika rekan-rekan Career Advice telah terlanjur menghancurkan kepercayaan yang diberikan kepada Anda? Bagaimana cara membangun kepercayaan yang telah hilang dari Anda di lingkungan kerja? Jangan khawatir rekan pembaca, tidak ada masalah yang datang tanpa solusi. Empat cara di bawah ini mungkin bisa menjadi solusi bagi rekan-rekan Career Advice yang sedang ingin membangun kembali tiang kepercayaan tersebut. 

1. Minta maaf dengan tulus karena telah berbohong.

Kepercayaan yang rusak bisa jadi disebabkan oleh kurangnya integritas yang dimiliki oleh seorang karyawan. Berbohong bukan hanya suatu tindakan yang tidak terpuji, namun juga tindakan yang sangat berbahaya untuk kehidupan karier dan kehidupan pribadi kita. 
 
Mungkin rekan-rekan Career Advice masih ingat nasihat lama, jika seseorang berbohong dan orang lain mengetahuinya, apabila ke depannya orang tersebut mengatakan kebenaran, maka sudah tidak ada lagi yang dapat percaya dengan dirinya. 
 
Ini juga akan menjadi fatal saat kita berbohong di tempat kerja, dan orang lain mengetahuinya. Coba pikirkan, siapa yang ingin bekerjasama dengan seorang pembohong? Namun, apabila rekan pembaca terlanjur melakukan ini, tidak ada solusi terbaik lainnya selain meminta maaf atas kebohongan yang kita lakukan. Meminta maaf dengan kerendahan hati yang jujur, tulus, dan tidak akan mengulanginya lagi. 
 
Apabila rekan pembaca mencoba untuk menjelaskan alasan dari kebohongan yang dilakukan, tetap saja, ini akan sangat berisiko tinggi. Mengapa begitu? Karena ini hanya terlihat seolah-olah kita mencari-cari alasan untuk menutupi kebohongan kita.  Dalam kata lain, tidak akan ada alasan yang bagus untuk seseorang berbohong di tempat kerja. 
 
Tujuan dari permintaan maaf kita adalah untuk memperbaiki puing-puing kepercayaan yang telah hancur, bukan mencari-cari alasan dari kebohongan yang telah terungkap. Membangun kembali kepercayaan yang telah hancur memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, kita perlu membuktikannya bahwa kita benar-benar menyesal dan akan memperbaiki segalanya seperti semula. 
 

2. Minta maaf dengan tulus karena kelalaian dalam berbohong. 

Ironisnya, beberapa orang mengatakan bahwa sebagian dari kebenaran adalah kebohongan. Percayalah, sebuah kebohongan tetaplah kebohongan. Ini akan menjadi sebuah malapetaka saat rekan kerja atau manajer Anda mencoba untuk mengkonfirmasi perkataan yang telah kita sampaikan sebelumnya. 
 
Ketika kebohongan tersebut dikonfirmasikan kembali kepada kita, secara otomatis kita akan berucap kata-kata seperti, “lupa menyebutkan”, “tidak tahu”, “saya lupa”, “saya tidak sadar”, dan lain sebagainya. Orang-orang yang mengatakan hal demikian berupaya untuk membebaskan diri dari kebohongan yang mereka lakukan dengan segala kelalaian yang disengaja maupun yang tidak disengaja. 
 
Lalu, bagaimana cara memperbaikinya? Apa yang dapat dilakukan untuk membangun kembali kepercayaan yang telah sirna? Jawabannya adalah, kembali ke cara pertama, meminta maaf atas kebohongan yang kita lakukan, meskipun kebohongan tersebut murni karena sebuah kelalaian. 
 

3. Tulis segala usaha dan kekeliruan kita dalam berucap. 

Maksudnya bagaimana ya, apakah kita perlu menuliskan segala hal yang kita ucapkan di atas kertas? Inti dari poin ini adalah, kita perlu mencatat hal-hal penting apa saja yang telah kita ucapkan, dan tentunya berkaitan dengan pekerjaan dan perusahaan. Misalnya, kita menyampaikan bahwa laporan kerja kita menunjukkan tingkat penjualan menaik dari 2% kepada 4%. Selanjutnya, jika kita ingin melaporkan hal yang sama, kita perlu melihat data yang valid dari apa yang sudah kita tulis sebelumnya. Bukan dengan sembarang menyebutkan angka, tapi apa yang kita ucapkan haruslah sebuah kebenaran dan konsisten. 
 
Begitu juga dengan kegagalan atau kekeliruan yang kita lakukan saat berucap, kita bisa meminta tolong dengan rekan-rekan kerja atau dengan senior di kantor untuk mengoreksi kesalahan yang kita ucapkan. Catat kekeliruan itu di dalam buku catatan kita. Kedepannya, jika kita ingin membahas hal yang sama, kita bisa merujuk pada data yang sudah kita perbaiki di buku catatan. 

4. Lakukan segala hal yang telah dikatakan. 

Tidak ada yang tahu kemana nasib membawa kita. Namun, kita bisa memperjuangkan takdir kita menjadi lebih baik, dengan melakukan segala hal yang telah kita ucapkan. Tidak perlu menjanjikan sesuatu, jika kita sendiri tidak yakin untuk melakukannya. Mari kita lihat skenario berikut ini. 
 
Sebuah perusahaan kecil di bidang manufaktur hampir menyatakan kebangkrutannya. Namun, manajer perusahaan tersebut menjanjikan bahwa semua karyawannya akan mendapatkan kenaikan gaji dua kali lipat, jika mampu mencapai target baru yang telah ia tetapkan. 
 
Sayangnya, target tersebut sangat berlebihan dan tidak realitas. Hasilnya? tentu saja ini sangat merusak kepercayaan dari para karyawannya, bagaimana mereka bisa mendapatkan kenaikan gaji dua kali lipat, sedangkan perusahaan hampir bangkrut. Dan, bagaimana bisa mereka mencapai target baru, sedangkan target tersebut sulit untuk dicapai. Mustahil!
 
Bagaimana untuk membangun kembali kepercayaan dari situasi seperti ini? Sebagai manajer, mereka harus memasang target nyata yang tidak berlebihan, intinya mudah untuk dicapai oleh tim. Dan, berikan apresiasi yang memang bisa kita berikan kepada karyawan, bukan menjanjikan hal-hal yang tidak pasti.  
 
Itulah empat cara yang bisa kita lakukan untuk membangun kembali kepercayaan yang sempat hilang dari lingkungan kerja kita. Tidak ada manusia yang sempurna, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Namun, bukan berarti kita harus pergi begitu saja meninggalkan kesalahan yang telah kita perbuat. Mintalah maaf dengan tulus dan tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan, serta tunjukkan bahwa kita benar-benar ingin membangun tiang kepercayaan, tanpa merobohkannya kembali. Selamat mencoba, rekan-rekan Career Advice.

Featured Career Advice