
Leadership
3 Ciri Kepemimpinan Buruk yang Perlu Dihindari CEO
By STUDiLMU Editor
Ketika rekan-rekan Career Advice sudah berhasil memiliki semua kriteria yang diperlukan untuk menjadi seorang CEO dan bersedia untuk menanggung semua tanggung jawab utama yang perlu dimiliki, dan sampailah pada akhirnya rekan pembaca terpilih sebagai CEO dari perusahaan Anda dan rekan pembaca sangat bersemangat untuk menjalani tugas ini.
Sayangnya, rekan pembaca tidak akan memiliki waktu yang banyak untuk pamer sana-sini atas jabatan baru yang baru saja didapatkan, atau pergi berlibur untuk merayakan prestasi ini. Dunia bisnis selalu berubah-ubah dengan sangat cepat dan memerlukan tindakan yang cepat dan tepat dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada.
Kabar buruknya, ketika rekan pembaca tidak bisa memenuhi tanggung jawab dan kinerja yang diperlukan oleh perusahaan selama masa jabatan rekan pembaca berlangsung, maka dengan cepat rekan pembaca akan kehilangan posisi bonafit ini. Itulah mengapa kami mengajak semua rekan-rekan Career Advice yang baru saja diangkat menjadi CEO sebuah perusahaan untuk menjalankan tugas ini dengan sebaik mungkin dan menjauhi 3 ciri kepemimpinan buruk yang perlu dihindari seorang CEO, di perusahaan manapun kita memimpin.
Yuk, kita simak apa saja 3 ciri kepemimpinan buruk tersebut?
1. Hindari Sikap yang Menyombongkan Diri.
Manusia cenderung mudah memiliki sifat sombong dan bersikap berlebihan dalam membanggakan dirinya sendiri. Ketika kita sudah terpilih menjadi seorang CEO, akan sangat mudah bagi kita untuk bersikap sombong, terutama kepada bawahan kita. Orang-orang sombong biasanya tidak ingin mengembangkan diri mereka untuk menjadi lebih baik lagi, karena mereka sangat yakin bahwa semua hal sudah mereka kuasai dengan baik. Itulah alasannya mereka bisa menjadi CEO seperti sekarang.
Sejujurnya, tidak ada yang salah ketika kita bahagia dengan pencapaian diri sendiri. Namun, ini akan menjadi suatu hal yang membahayakan ketika kita menyikapi hal ini secara berlebihan. Sikap sombong seperti ini akan membuat kita “menutup diri” untuk menerima pendapat yang diberikan dari karyawan kita, kolega, klien, mitra bisnis, bahkan para pelanggan kita.
Kita akan selalu merasa bahwa produk kita adalah yang terbaik, sehingga kita tidak perlu melakukan inovasi apapun pada produk, padahal pelanggan sudah banyak yang mulai kecewa dengan kualitas produk yang kita tawarkan. Celaka! Jika kesombongan benar-benar sudah memengaruhi cara kerja kita, baik di dalam bisnis maupun tidak. Cepat atau lambat posisi kita sebagai CEO akan berpindah tangan kepada orang yang lebih pantas memilikinya.
Seorang CEO perlu bersikap rendah hati dan membuka diri, terutama kepada para karyawannya, mitra bisnis, dan klien. Sikap rendah hati akan menunjukkan bahwa kita adalah orang yang menghargai karyawan kita, dengan segala kinerja yang mereka berikan kepada perusahaan dan juga komitmen yang tinggi.
Kita mau mendengarkan ide-ide cemerlang mereka, segala keluh kesah dan umpan balik yang membangun. Itu semua akan menjadi motivasi yang kuat bagi mereka untuk terus memberikan kinerja terbaik dan di sisi lain merasa bahagia karena selalu dihargai kehadirannya.
2. Tidak Bisa Membuat Keputusan secara Cepat.
Di awal karier sebagai CEO, bersikap hati-hati dan lambat dalam mengambil keputusan adalah hal yang cukup wajar. Mungkin kita masih merasa takut atau was-was dalam mengambil setiap keputusan yang diperlukan. Kita takut jika terlalu terburu-buru, nantinya keputusan kita akan menghasilkan efek yang buruk. Selalu ada pertanyaan di dalam diri, “apakah keputusan yang saya ambil ini sudah benar? Apakah saya harus mengambil keputusan ini atau itu?”
Kami mengerti segala kerisauan itu pasti ada, namun bisnis selalu menawarkan perubahan yang sangat cepat, dan kecepatan memang sangat kritikal untuk bisnis. Sehingga, ketika kita tidak berani untuk segera mengambil keputusan di dalam bisnis, bisnis kita bisa terancam.
Selain itu, apabila kita tidak segera mengimplementasikan ide-ide inovatif yang ada untuk perkembangan bisnis, bisa saja perusahaan lain segera mengambil dan mengeksekusi ide-ide ini. Itulah mengapa, keputusan yang cepat dan tepat sangat diperlukan. Dan, salah satu kriteria penting yang perlu dimiliki oleh setiap CEO di seluruh dunia adalah berani dalam mengambil risiko.
Kenyataannya, ada banyak inovasi dan keberhasilan yang telah dicapai oleh suatu organisasi atau perusahaan karena para pemimpin atau CEO mereka berani dalam mengambil risiko yang besar sekalipun, yang tentunya risiko tersebut sudah diperhitungkan dengan sangat baik. Meskipun begitu, tidak semua risiko besar dapat membawa kita kepada kesuksesan dengan cepat. Namun setidaknya dengan berani mengambil risiko, kita bisa mempelajari banyak hal baru yang sangat berarti untuk bisnis kita. Selain itu, kita juga akan semakin terlatih untuk bisa menjadi seorang CEO yang hebat dan tangguh.
3. Memprioritaskan Kepentingan Pribadi.
Mungkin sebelum menjadi CEO kita bisa mengedepankan kepentingan pribadi. Namun ketika kita sudah sah menjadi seorang CEO, maka kepentingan perusahaan dan pelanggan adalah hal yang perlu kita dahulukan. Coba lihat dan baca setiap situasi di dalam perusahaan, apa saja hal-hal yang harus kita perhatikan.
Misalnya, akhir-akhir ini para karyawan sedang tidak bersemangat dalam bekerja. Dengan melihat isu ini, kita perlu mengambil keputusan yang tepat dengan sesegera mungkin. Misalnya, solusi yang akan kita berikan adalah dengan mengadakan pelatihan kerja dan motivasi untuk para karyawan. Dengan begitu, kita bisa membangkitkan motivasi dan kinerja karyawan kembali.
Selain itu, tidak hanya kepentingan perusahaan saja yang perlu digaris bawahi, namun kita juga perlu memerhatikan kepentingan dan kepuasan para pelanggan. Sehingga, bisnis kita akan tetap maju dan sukses.
Itulah 3 ciri kepemimpinan buruk yang harus-kudu-wajib dijauhi oleh para CEO di seluruh dunia. Jangan sampai hanya karena 3 karakter kepemimpinan di atas, kita bisa kehilangan pencapaian terbesar di dalam hidup sebagai seorang CEO. Yuk, kita mulai melatih diri menjadi seorang CEO yang hebat dan tangguh mulai dari sekarang. Selamat mencoba ya, rekan-rekan Career Advice.
Featured Career Advice
-
Teamwork & Collaboration
Mendesain Proses Hiring yang Berbeda
-
Leadership
Memimpin Secara Virtual
-
Tips of Management
Investasi yang Sebaiknya Dimiliki Oleh Karyawan
-
Emotional Intelligence
Mindfulness Dalam Kerja
-
Teamwork & Collaboration
Melakukan Kolaborasi Secara Virtual
-
Marketing & Sales
Fitur Live Streaming Sebagai Strategi Sosial Media Marketing
-
Productivity
Aktivitas untuk Mengatasi Kebosanan di Kantor
-
Leadership
Melakukan Delegasi Dalam Bekerja
-
Leadership
Perbedaan Bos dan Leader
-
Enterpreneurship
Mengenal dan Membuat Laporan Keuangan Sederhana
-
Enterpreneurship
Mengenal 6 Tipe Pelanggan Sulit
-
Self Improvement
Keseimbangan Untuk Ibu Bekerja
-
Self Improvement
Berpenampilan Profesional Saat Work From Home
-
Coaching
Sukses Menjadi Staff Admin
-
Marketing & Sales
Mengenal Marketing B2P, Pemasaran dengan Karakteristik Individu
-
Happiness
Quality Time dengan Pasangan yang Sibuk Bekerja? Bisa!
-
Productivity
Time Blocking, Meningkatkan Produktivitas dengan Manajemen Waktu
-
Productivity
Work From Home, Mengenal Budaya Kerja Baru
-
Tips of Management
Perencanaan Kerja di Tahun yang Baru
-
Emotional Intelligence
Cara Mengatasi Burnout
-
Enterpreneurship
Mengenal Copyright
-
Tips of Management
Jenis Asuransi yang Diperlukan oleh Pekerja
-
Marketing & Sales
Dari Pengertian Hingga Strategi Digital Marketing
-
Resume & Interviewing
Cara Membuat CV yang Menarik HRD!
-
Productivity
Menerapkan Grit di Tempat Kerja
-
Motivation
Memahami Resesi. Apa Resesi Itu Sebenarnya?
-
Generation Millenials & Z
Kian Minimalis untuk Rumah ala Milenial
-
Self Improvement
Menghadapi Quarter Life Crisis
-
Generation Millenials & Z
Menariknya Kerja di Startup!
-
Tips of Management
Mempersiapkan Dana Darurat untuk Peristiwa Tak Terduga
-
E-learning
Kartu Prakerja dan Pelatihan Online
-
Self Improvement
7 Tips Beradaptasi di Lingkungan Kerja Baru
-
Productivity
Semakin Produktif dengan Makanan Sehat
-
Communication
Komunikasi Bisnis: Verbal & Non-verbal
-
Leadership
Kepemimpinan di Masa Krisis (Leadership in Crisis Time)
-
Generation Millenials & Z
Parenting Gaya Millennials
-
Motivation
3 Tips Never Give Up
-
Motivation
Sumber dan Faktor yang Menghilangkan Gairah Kerja
-
Self Improvement
Bekerja di Luar Passion? Siapa Takut!
-
Self Improvement
Pengertian Tidur, Manfaat Tidur, Serta Hubungan Antara Tidur dan Kinerja
-
Leadership
Budaya Organisasi: Pengertian, Fungsi, Jenis dan Karakteristiknya
-
Leadership
Etika Bisnis: Definisi, Tujuan, Contoh dan Manfaatnya dalam Perusahaan
-
Self Improvement
Pengertian Hutang dan 8 Cara Mengelola Hutang secara Efektif
-
Self Improvement
Pengertian Kartu Kredit dan 20 Cara Menggunakannya Secara Efektif
-
Self Improvement
Kerja Online: Pengertian, Manfaat dan Contoh Kerja Online
-
Self Improvement
Kerja Sampingan: Definisi, Manfaat dan Mengapa Ini Penting untuk Karyawan?
-
Leadership
Integritas: Pengertian, Contoh, Kebiasaan dan Cara Membentuknya
-
Enterpreneurship
Usaha Rumahan: Definisi, Kelebihan dan Kekurangan, serta Hal yang Perlu Disiapkan
-
Enterpreneurship
10 Pertimbangan Sebelum Membeli Bisnis Waralaba
-
Self Improvement
Manajemen Keuangan, Manfaat dan Tips Manajemen Keuangan untuk Karyawan
-
Leadership
Pengertian Manajemen, Tujuan Manajemen dan Keterampilan Manajemen
-
Generation Millenials & Z
Generasi Milenial, Fakta Generasi Milenial dan Tantangan Generasi Milenial
-
Mindset
Pengertian dan Manfaat Positive Thinking, serta Bagaimana Ini dapat Mengubah Hidup Kita?
-
Marketing & Sales
Negosiasi, Ciri-Ciri Negosiasi dan Contoh Negosiasi
-
Communication
Apa Saja Unsur-Unsur Komunikasi yang Perlu Kita Ketahui?
-
Leadership
Pengertian Fungsi Kepemimpinan dan 15 Fungsi Kepemimpinan
-
Communication
Pengertian Komunikasi secara Umum dan Tujuan Komunikasi
-
Self Improvement
Apa Itu Tujuan Hidup dan Bagaimana Mencari Tujuan Hidup?
-
Motivation
6 Langkah Utama untuk Tetap Mempertahankan Motivasi Hidup
-
Innovation
Pengertian Inovasi, Manfaat Inovasi, Tujuan Inovasi dan 5 Mitos Inovasi