
Yakin Sudah Coaching?
By Susanti Yahya
Suatu ketika kami sedang membantu dua buah group perusahaan besar melakukan merger. Kami mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan beberapa kelompok atasan dan beberapa kelompok bawahan untuk mengetahui culture yang ada di perusahaan masing-masing. Pada group pertama, para atasan, salah satu pertanyaan yang kami ajukan adalah,“Apakah Bapak/Ibu atasan telah melakukan coaching di tempat kerja Bapak/Ibu?”, dan hampir semua menjawab “Sudah”. Mereka bahkan berkata, “Coaching sudah menjadi budaya dimana kita para atasan sudah sering melakukan coaching kepada anak buah.”. Selesai dari FGD atasan, kami melanjutkan memfasilitasi group bawahannya. Pertanyaan yang sama kami ajukan kepada mereka, “Apakah Bapak/Ibu menerima coaching dari atasan Bapak/Ibu?”. Dan menarik sekali ternyata jawabannya adalah,“Tidak ... kami jarang sekali di coaching oleh atasan kami. Kami hampir tidak pernah coaching dengan atasan. Coaching sama sekali bukan merupakan budaya disini.” Jawaban ini berbeda dengan jawaban yang kami dapatkan dari group para atasan. Karena itu di keesokan harinya pada saat kami berkesempatan bertemu dengan group atasan kembali, maka kami menanyakan,“Menurut Bapak/Ibu atasan, coaching sudah sering sekali Anda lakukan di tempat kerja. Tetapi anehnya anak buah Anda tidak merasakannya. Bagaimana bisa demikian?”. Lalu para atasan dengan spontan menjawab, “Bagaimana mungkin mereka merasa belum dicoaching? Setiap hari saya sudah memberikan masukan kepada mereka, menemani mereka kunjungan, memberikan nasihat kepada mereka bahkan mengomeli kalau mereka salah. Dan mereka masih belum merasa di coaching?”.
Banyak atasan merasa coaching identik dengan memberikan nasihat, memberikan masukan dan memarahi anak buah. Padahal esensi coaching bukan demikian. Coaching adalah interaksi dua belah pihak. Karena itu apabila coaching dilakukan hanya dengan searah, sudah pasti anak buah tidak merasa sebagai coaching. Pak, itu namanya ngomelin. Bu, itu judulnya nyuruh. Mungkin kurang lebih begitu tanggapan anak buah Anda. Jadi bila Anda merasa sudah sering memberikan coaching kepada anak buah, apakah anak buah Anda merasa sudah menerima coaching? Jawabannya silakan Anda refleksikan sendiri.
Coaching adalah mengenai terhubung dengan orang lain, menginspirasi mereka untuk melakukan yang terbaik, dan membantu mereka untuk berkembang. Coaching adalah mengenai bagaimana memberi mereka tantangan untuk dapat mampu menemukan sendiri jawaban-jawaban dari pertanyaan mereka.
Bagaimana kalau saya tidak memiliki waktu untuk Coaching?
“Saya mengerti coaching memang penting, tetapi pekerjaan yang lainnya membuat saya tidak punya waktu untuk coaching.”
Nah! Ini kalimat keramat, nih. Hampir semua atasan pernah mengungkapkan kalimat senada. “Coaching dengan melibatkan anak buah dalam percakapan memakan waktu lebih lama ketimbang langsung memberikan solusi. Dan pekerjaan saya tentunya bukan hanya coaching. Masih banyak pekerjaan penting lainnya yang lebih membutuhkan waktu saya!”. Tenang, Anda tidak sendiri. Banyak pemimpin juga memiliki beban pekerjaan yang berat seperti Anda. Tapi, coba bayangkan seperti ini:
Kita tidak memiliki waktu untuk coaching. Apakah anak buah akan mampu bila tidak pernah kita coaching? Tentu kurang. Apabila anak buah kurang mampu, apakah kita akan memberikan trust kepada dia untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan penting? Belum tentu. Akibatnya? Banyak pekerjaan terpaksa kita lakukan sendiri, sehingga ujung-ujungnya kita akan semakin kekurangan waktu bahkan untuk diri kita sendiri.
Bayangkan apabila Anda mencoba untuk memprioritaskan waktu untuk coaching. Walaupun sepertinya waktu Anda sangat terbatas, tetapi Anda mencoba untuk memprioritaskannya di tengah kesibukan Anda. Ya, mungkin ada hari-hari dimana Anda terpaksa makan siang sambil coaching, atau ada hari-hari dimana Anda terpaksa menambah jam kerja Anda untuk lembur menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang lainnya karena Anda menyelipkan coaching di jam kerja Anda siangnya. Sekalipun sepertinya tiada waktu, tetapi bila kita hendak memprioritaskan sesuatu, pasti menjadi ada waktunya. Masih ingatkan pada saat kita pacaran? Walaupun kegiatan banyak tetapi sepertinya selalu ada waktu untuk bertemu sang pacar. Betul? Jadi, kemana prioritas Anda, di situlah waktu Anda akan mengalir.
Apabila kita memprioritaskan diri untuk coaching, maka anak buah kita tentunya akan lebih mampu. Apabila anak buah kita mampu, apakah kita akan percaya dengan dia? Tentu. Dengan demikian kita akan mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan lebih banyak kepadanya. Dan bila pekerjaan sudah dapat kita delegasikan, maka kita menjadi memiliki waktu untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih strategis lagi. Karena itu,kalau pada awalnya kita tidak hendak memprioritaskan waktu untuk coaching, maka pada akhirnya ternyata kita justru akan kekurangan waktu, bahkan untuk diri sendiri. Tetapi mereka yang berani mencoba memprioritaskan waktu untuk coaching pada akhirnya justru akan dapat menikmati waktu lebih untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih strategis dan mempersiapkan diri untuk jenjang yang lebih tinggi lagi dalam organisasi. Jadi sesungguhnya manfaat coaching bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri kita sendiri.
Featured Career Advice
-
Teamwork & Collaboration
Mendesain Proses Hiring yang Berbeda
-
Leadership
Memimpin Secara Virtual
-
Tips of Management
Investasi yang Sebaiknya Dimiliki Oleh Karyawan
-
Emotional Intelligence
Mindfulness Dalam Kerja
-
Teamwork & Collaboration
Melakukan Kolaborasi Secara Virtual
-
Marketing & Sales
Fitur Live Streaming Sebagai Strategi Sosial Media Marketing
-
Productivity
Aktivitas untuk Mengatasi Kebosanan di Kantor
-
Leadership
Melakukan Delegasi Dalam Bekerja
-
Leadership
Perbedaan Bos dan Leader
-
Enterpreneurship
Mengenal dan Membuat Laporan Keuangan Sederhana
-
Enterpreneurship
Mengenal 6 Tipe Pelanggan Sulit
-
Self Improvement
Keseimbangan Untuk Ibu Bekerja
-
Self Improvement
Berpenampilan Profesional Saat Work From Home
-
Coaching
Sukses Menjadi Staff Admin
-
Marketing & Sales
Mengenal Marketing B2P, Pemasaran dengan Karakteristik Individu
-
Happiness
Quality Time dengan Pasangan yang Sibuk Bekerja? Bisa!
-
Productivity
Time Blocking, Meningkatkan Produktivitas dengan Manajemen Waktu
-
Productivity
Work From Home, Mengenal Budaya Kerja Baru
-
Tips of Management
Perencanaan Kerja di Tahun yang Baru
-
Emotional Intelligence
Cara Mengatasi Burnout
-
Enterpreneurship
Mengenal Copyright
-
Tips of Management
Jenis Asuransi yang Diperlukan oleh Pekerja
-
Marketing & Sales
Dari Pengertian Hingga Strategi Digital Marketing
-
Resume & Interviewing
Cara Membuat CV yang Menarik HRD!
-
Productivity
Menerapkan Grit di Tempat Kerja
-
Motivation
Memahami Resesi. Apa Resesi Itu Sebenarnya?
-
Generation Millenials & Z
Kian Minimalis untuk Rumah ala Milenial
-
Self Improvement
Menghadapi Quarter Life Crisis
-
Generation Millenials & Z
Menariknya Kerja di Startup!
-
Tips of Management
Mempersiapkan Dana Darurat untuk Peristiwa Tak Terduga
-
E-learning
Kartu Prakerja dan Pelatihan Online
-
Self Improvement
7 Tips Beradaptasi di Lingkungan Kerja Baru
-
Productivity
Semakin Produktif dengan Makanan Sehat
-
Communication
Komunikasi Bisnis: Verbal & Non-verbal
-
Leadership
Kepemimpinan di Masa Krisis (Leadership in Crisis Time)
-
Generation Millenials & Z
Parenting Gaya Millennials
-
Motivation
3 Tips Never Give Up
-
Motivation
Sumber dan Faktor yang Menghilangkan Gairah Kerja
-
Self Improvement
Bekerja di Luar Passion? Siapa Takut!
-
Self Improvement
Pengertian Tidur, Manfaat Tidur, Serta Hubungan Antara Tidur dan Kinerja
-
Leadership
Budaya Organisasi: Pengertian, Fungsi, Jenis dan Karakteristiknya
-
Leadership
Etika Bisnis: Definisi, Tujuan, Contoh dan Manfaatnya dalam Perusahaan
-
Self Improvement
Pengertian Hutang dan 8 Cara Mengelola Hutang secara Efektif
-
Self Improvement
Pengertian Kartu Kredit dan 20 Cara Menggunakannya Secara Efektif
-
Self Improvement
Kerja Online: Pengertian, Manfaat dan Contoh Kerja Online
-
Self Improvement
Kerja Sampingan: Definisi, Manfaat dan Mengapa Ini Penting untuk Karyawan?
-
Leadership
Integritas: Pengertian, Contoh, Kebiasaan dan Cara Membentuknya
-
Enterpreneurship
Usaha Rumahan: Definisi, Kelebihan dan Kekurangan, serta Hal yang Perlu Disiapkan
-
Enterpreneurship
10 Pertimbangan Sebelum Membeli Bisnis Waralaba
-
Self Improvement
Manajemen Keuangan, Manfaat dan Tips Manajemen Keuangan untuk Karyawan
-
Leadership
Pengertian Manajemen, Tujuan Manajemen dan Keterampilan Manajemen
-
Generation Millenials & Z
Generasi Milenial, Fakta Generasi Milenial dan Tantangan Generasi Milenial
-
Mindset
Pengertian dan Manfaat Positive Thinking, serta Bagaimana Ini dapat Mengubah Hidup Kita?
-
Marketing & Sales
Negosiasi, Ciri-Ciri Negosiasi dan Contoh Negosiasi
-
Communication
Apa Saja Unsur-Unsur Komunikasi yang Perlu Kita Ketahui?
-
Leadership
Pengertian Fungsi Kepemimpinan dan 15 Fungsi Kepemimpinan
-
Communication
Pengertian Komunikasi secara Umum dan Tujuan Komunikasi
-
Self Improvement
Apa Itu Tujuan Hidup dan Bagaimana Mencari Tujuan Hidup?
-
Motivation
6 Langkah Utama untuk Tetap Mempertahankan Motivasi Hidup
-
Innovation
Pengertian Inovasi, Manfaat Inovasi, Tujuan Inovasi dan 5 Mitos Inovasi