×
STUDILMU Career Advice - 3 Penyebab Rasa Kewalahan
Leadership

3 Penyebab Rasa Kewalahan

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

Promosi ke jabatan yang lebih tinggi tentu tidak sekedar merubah “pangkat” Anda. Ada perubahan yang terjadi saat berpindah peran sebagai pemimpin. Pada level ini Anda diharapkan untuk berfungsi sebagai leader dan mendapat tanggung jawab yang sangat berbeda dibandingkan saat masih menjadi staff biasa. Dan ini bukan hal sepele. Tidak semudah Ksatria Baja Hitam atau Power Ranger berubah wujud menjadi super hero dengan meneriakan satu kata “Berubah!”. Ada proses transisi yang pasti dijalani oleh new leader sebelum mampu menjadi leader yang dicita-citakan.
 
Hal yang pertama paling umum dialami pemimpin baru yang naik dari jabatan staff adalah harus mengambil keputusan sendiri, mengkoordinasikan pekerjaan dengan team, dan tugas baru secara vertikal maupun horizontal (networking).  Kenyamanan sebagai staff dimana ada manager yang membagi tugas, mereview hasil kerja, dan menjadi tempat “berlindung” saat ada masalah, beralih ke kondisi dimana tugas harus dijalankan tanpa adanya atasan yang memberi instruksi setiap saat, sekaligus menjadi pengawas bagi beberapa orang yang berada  di bawah tanggung jawab. Pada posisi ini sudah tidak mungkin mengharapkan ada atasan yang membela apabila terjadi masalah dalam pekerjaan maupun dengan divisi lain.  You’re on your own, bro.
 
Perubahan ini bisa terasa cukup berat bagi beberapa orang, dan membutuhkan beberapa saran untuk menyesuaikan diri. Masa transisi bisa terasa panjang dan lama, atau justru begitu cepat. Tergantung kemampuan individu tersebut beradaptasi dan motivasinya dalam bekerja.  Sebagai new leader bukannya tidak boleh bertanya, tetapi terlalu banyak bertanya pun tidak akan baik. Kenaikan pangkat memang diharapkan semua orang, tetapi ada baiknya mempersiapkan diri secara mental dan pengetahuan terkait segala hal yang berhubungan dengan perusahaan dan pekerjaan Anda.
 
Transisi dari yang sebelumnya hanya bertanggung jawab untuk diri sendiri menjadi ke suatu peran di mana Anda bertanggungjawab atas performance orang banyak adalah salah satu transisi paling sulit yang harus dijalani. Terlebih lagi, rata-rata new leader (apalagi Supervisor) harus menjalani peran tersebut selama beberapa tahun sebelum diikutkan training atau pengembangan diri untuk menjadi leader yang lebih baik.
 
Joe Folkman dan Jack Zenger mengadakan penilaian kepada lebih dari 2.300 orang dari seluruh dunia dengan menanyakan pertanyaan berikut:
“Seringnya saya merasa:
 
a. Kewalahan dengan terlalu banyak hal yang harus dikerjakan
b. Saya memegang kendali dan dapat menuntaskan prioritas-prioritas penting”
 
Sekitar seperempat dari partisipan menggambarkan bahwa mereka kewalahan dengan terlalu banyak hal yang harus dikerjakan. Mereka yang kewalahan rata-rata lebih muda sekitar dua tahun dari yang tidak kewalahan. Para supervisor termasuk dalam grup yang paling merasa kewalahan. Ini tidak baik. Kewalahan berkelanjutan mengarah pada stress. Dan kita semua tahu bagaimana dampak stress pada kesehatan. Sedikit rasa stress justru dapat memberi tenaga dan motivasi. Tetapi ketika menjadi berlebih, ia mulai memberikan efek buruk. Dalam jangka panjang dapat menguras produktifitas secara menyeluruh. Karena tingkat stress karyawan akan terpancar ke organisasi yang lebih luas, melalui hasil kerjanya.
 
Ada tiga elemen berbeda yang menyebabkan rasa kewalahan:
 

1. Workload yang sebenarnya

Beban pekerjaan naik dan turun sesuai situasi eksternal (misalnya customer demands, kondisi musiman, dan ekonomi). Dan kecil kemungkinan bahwa beban kerja akan berkurang bagi kebanyakan orang dalam perusahaan. Kenapa? Tim yang baik menciptakan workload mereka sendiri saat mereka mengenali kesempatan untuk menawarkan produk dan layanan. You can’t slow down when you see the chance to grab.
 

2. Penolakan pribadi saat dihadapkan bemacam tugas

Dengan loading kerja yang bertambah dan semakin berbobot, tidak mengherankan jika rasa terkejut yang timbul membuat seseorang berusaha menghindar atau memberi penolakan (dengan atau tanpa sadar). Jika Anda terbiasa berlatih weight lift di gym dengan bobot 10 kg, penambahan beban separuh (atau bahkan dua kali lipat) dari yang biasa akan mengagetkan tidak hanya tubuh Anda.
 
Dua orang yang diserahi workload yang sama dapat memiliki reaksi yang berbeda. Yang satu melahap tugasnya, menyelesaikan prioritas utama di awal dan sisanya diselesaikan dengan waktu yang ada. Orang tersebut dapat pulang kerja dengan tenang. Orang yang ke dua gelisah khawatir tidak dapat menyelesaikan satupun dan pulang kerja dengan perasaan kewalahan. Tetapi setiap orang bisa saja pada akhirnya mampu melahap seluruh tugasnya. Hanya butuh sedikit waktu, lebih banyak penerimaan, dan pengurangan penolakan.
 

3. Seberapa cepat ia bekerja

Jelas bahwa bila workload tiap orang sama, mereka yang bekerja lebih cepatlah yang mampu menghasilkan lebih banyak, yang tentu saja juga menekan perasaan kewalahan. Mereka yang bekerja dengan lebih cepat menyelesaikan tugas dengan lebih cepat pula, tidak mengorbankan begitu banyak waktu luang yang dulunya dimiliki. Sedangkan yang tidak menambah kecepatan kerjanya sangat mungkin akan tegopoh-gopoh mengejar ketertinggalannya. Leader yang bekerja lebih cepat ternyata dilihat lebih efektif. Mereka yang merasa kewalahan memilih untuk bekerja dan hidup dengan lebih slow.
 
Tetapi perbedaan terbesarnya bukanlah pada kecepatan mereka yang “Kewalahan” atau yang “Pegang kendali”. Perbedaannya ada pada menyelesaikan pekerjaan dan membuat keputusan-keputusan penting. Kemampuan untuk bekerja dengan lebih cepat, menentukan prioritas dan membuat keputusan-keputusan penting, adalah kualitas yang paling membedakan antara mereka yang kewalahan dan yang pegang kendali. Dengan mampu menentukan prioritas, Anda akan mampu memutuskan hal yang penting. Sehingga tugas yang Anda miliki terselesaikan berdasarkan tingkat kepentingan dan urgensinya dengan baik. Anda tidak terus menerus berada di quadran pertama dari empat quadran tipe aktivitas (berdasarkan bagan manjemen waktu). Tidak terengah-engah melakukan tugas layaknya pemadam kebakaran. Yang artinya, tidak banyak merasa tertekan dan dikejar-kejar.
 
Dalam pekerjaan sadarilah kecepatan kerja Anda dan carilah cara-cara untuk meningkatkan speed Anda. Hindari terhambat aktifitas yang tidak memiliki real value. Perhatikan baik-baik jadwal yang telah Anda buat, untuk menjaga manajemen waktu yang telah Anda latih tetap berjalan dengan baik. Saat orang dengan sepenuh hati meningkatkan kecepatannya dan berfokus pada aktifitas yang tepat, mereka dapat meningkatkan kecepatan kerjanya dan dengan demikian tidak merasa kewalahan.
 
Untuk lebih membantu, cobalah melakukan afirmasi dengan rekan sesama senior untuk mendapatkan penguatan wawasan dalam pengambilan keputusan. Tambah pengetahuan Anda tentang struktur organisasi dan alur komunikasi, agar transisi ini berjalan dengan mulus. Asah dan tingkatkan juga kemampuan Anda dalam:
  • Koordinasi
  • Berorientasi pada hasil akhir
  • Mengambil keputusan dalam waktu yang cepat dan tepat
  • Memberikan guidance kepada team member
  • Memberikan big picture kepada tim
  • Percaya diri
  • Mengambil risiko dan mengkalkulasi risiko yang diambil
  • Bekerja secara cross function
  • Kemampuan komunikasi yang baik dengan team member maupun dengan executive
  • Kemampuan mengelola sumber daya manusia

Featured Career Advice