
Mengapa coaching belum efektif?
By Susanti Yahya
Coaching diyakini banyak perusahaan sebagai cara efektif memberdayakan karyawan. Tapi keyakinan ini menuai beberapa sanggahan. Karena kenyataannya, seringkali karyawan masih saja kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Pada saat yang sama, atasannya mengaku sudah berkali-kali melakukan coaching dan merasa tidak ada manfaatnya. Apa yang salah?
Satu kisah dari divisi tetangga mungkin bisa menjadi contoh. Ini terjadi pada Mira, salah seorang sales senior andalan team asuhan Pak Doni. Tidak seperti biasa, kali ini Mira terlihat kurang bersemangat dalam bekerja. Keceriaan dan tawa yang biasanya mewarnai ruang kerja bagian pemasaran tidak terdengar lagi. Perubahan perilaku Mira jadi perhatian Doni, karyawan senior yang baru saja dipromosikan sebagai manajer. Pasalnya, nilai penjualan Mira dalam dua bulan terakhir tidak mencapai sasaran. Tak ingin masalah Mira berkepanjangan, Doni pun memanggilnya untuk mendiskusikan solusi terbaik.
Doni: Saya lihat akhir-akhir ini kamu kurang bersemangat. Hasil penjualanmu juga turun Mir, tidak seperti biasanya. Ada apa?
Mira: Iya pak. Saya merasa pembagian lokasi pasar yang saya dapat terlalu berat. Lokasinya jauh banget dari kantor, dan jauh juga dari rumah saya. Saya jadi lebih capek karena setiap hari harus menempuh perjalanan sejauh itu.
Doni: Oh, begitu. Dari empat orang teman kamu, adakah yang lokasinya searah, yang kira-kira bisa mengantar kamu ke tempat calon customer?
Mira: Ada sih Pak. Erwin bawa motor.
Doni: Kalau begitu kamu saya bundling saja dengan Erwin yang punya motor! Kalian bisa saling bantu. Kamu bisa bantu Erwin menjelaskan produk-produk kita. Sebaliknya, Erwin bantu kamu mengantar ke calon-calon pelanggan kita. Sama-sama untung kan kalau begitu!
Mira: Setuju pak. Tapi Bapak bantu jelasin ke Erwin ya pak soal ini? Masalahnya kalau saya yang bilang, dia ga akan percaya dan belum tentu mau.
Doni: Baiklah. Coba tolong panggilkan Erwin sekarang.
Problem solved. Masalah Mira teratasi dan nilai penjualannya membaik, bahkan terus mengalami peningkatan. Namun dampaknya ternyata kurang menguntungkan bagi Doni, karena sejak itu Mira sangat bergantung padanya. Mira jadi sering minta bantuan dari Doni untuk setiap masalah – bahkan yang sepele dan seharusnya bisa diatasinya sendiri. Akibatnya Doni merasa kewalahan, karena sebagian besar waktunya dipenuhi oleh permasalahan dan permintaan Mira.
Lain lagi dengan Wati yang justru tidak mendapatkan solusi yang memadai dari atasannya. Alih-alih mencari alternatif pemecahan masalah, ia justru melempar tanggung jawab kepada atasannya. Kisah ini tak sengaja mampir ke telinga penulis saat sedang menikmati makan siang di suatu kantin. Cerita antara Wati dan rekan kerjanya yang bernama Santi.Problem solved. Masalah Mira teratasi dan nilai penjualannya membaik, bahkan terus mengalami peningkatan. Namun dampaknya ternyata kurang menguntungkan bagi Doni, karena sejak itu Mira sangat bergantung padanya. Mira jadi sering minta bantuan dari Doni untuk setiap masalah – bahkan yang sepele dan seharusnya bisa diatasinya sendiri. Akibatnya Doni merasa kewalahan, karena sebagian besar waktunya dipenuhi oleh permasalahan dan permintaan Mira.
Santi: Jadi gimana penjualanmu dalam sebulan ini? Sudah mulai ada perbaikan?
Wati: Ga tau nih..belum ada. Padahal aku sudah ikuti apa yang disarankan bos. Ternyata ga berhasil.
Santi:Ga berhasil?
Wati: Iya, gatot! Gagal total. Bos nyuruh ngumpulin calon nasabah di satu tempat, tapi akhirnya justru mereka jadi bisa diskusi tentang kelemahan-kelemahan produk asuransi lain. Dan itu merugikan citra kita sebagai sesama produk asuransi.
Santi: Terus, solusi yang kamu ambil apa?
Wati: Ga tau deh. Itu urusan bosku aja. Lagian cara itu kan saran dia. Aku cuma pelaksana. Lagian kerjaanku bulan ini lumayan banyak. Ada beberapa nasabah yang mengajukan klaim asuransi kesehatan.
Santi: Wah, enak ya jadi kamu… ga usah mikir, tinggal tanya boss!
Meski berbeda hasil, kedua dialog di atas memberi kita pola familiar yang senada: bawahan yang terlalu bergantung pada atasan. Mari sama-sama menyadari dan mengakui, bahwa nyatanya yang sering terjadi dalam sesi-sesi coaching adalah atasan terlalu cepat memberikan solusi, dan bukan mengajak diskusi yang menggali solusi dari coachee nya. Akibatnya, seperti terekam dalam kedua dialog di atas, bawahan menjadi kurang mandiri.
Yang sering terjadi dalam sesi-sesi coaching adalah atasan terlalu cepat memberikan solusi, dan bukan mengajak diskusi yang menggali solusi dari coachenya. Akibatnya bawahan menjadi kurang mandiri.
Lain halnya bagi bawahan yang bisa lebih independen. Sesi coaching menjadi saat-saat membosankan karena harus mendengarkan uraian nasihat yang sudah berulang-ulang disampaikan. Tak heran, saat nasihat ternyata tidak efektif, bawahan justru menyalahkan atasan dan melempar tanggung jawab kepadanya. Bisa jadi hal itu dilakukannya sebagai reaksi negatif karena merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, merasa dipaksa atau terpaksa melakukan.
Mengapa bawahan menjadi kurang mandiri dan tidak berkembang? Apakah ada yang salah dengan coaching yang dilakukan oleh atasan kepada bawahannya?
Featured Career Advice
-
Teamwork & Collaboration
Mendesain Proses Hiring yang Berbeda
-
Leadership
Memimpin Secara Virtual
-
Tips of Management
Investasi yang Sebaiknya Dimiliki Oleh Karyawan
-
Emotional Intelligence
Mindfulness Dalam Kerja
-
Teamwork & Collaboration
Melakukan Kolaborasi Secara Virtual
-
Marketing & Sales
Fitur Live Streaming Sebagai Strategi Sosial Media Marketing
-
Productivity
Aktivitas untuk Mengatasi Kebosanan di Kantor
-
Leadership
Melakukan Delegasi Dalam Bekerja
-
Leadership
Perbedaan Bos dan Leader
-
Enterpreneurship
Mengenal dan Membuat Laporan Keuangan Sederhana
-
Enterpreneurship
Mengenal 6 Tipe Pelanggan Sulit
-
Self Improvement
Keseimbangan Untuk Ibu Bekerja
-
Self Improvement
Berpenampilan Profesional Saat Work From Home
-
Coaching
Sukses Menjadi Staff Admin
-
Marketing & Sales
Mengenal Marketing B2P, Pemasaran dengan Karakteristik Individu
-
Happiness
Quality Time dengan Pasangan yang Sibuk Bekerja? Bisa!
-
Productivity
Time Blocking, Meningkatkan Produktivitas dengan Manajemen Waktu
-
Productivity
Work From Home, Mengenal Budaya Kerja Baru
-
Tips of Management
Perencanaan Kerja di Tahun yang Baru
-
Emotional Intelligence
Cara Mengatasi Burnout
-
Enterpreneurship
Mengenal Copyright
-
Tips of Management
Jenis Asuransi yang Diperlukan oleh Pekerja
-
Marketing & Sales
Dari Pengertian Hingga Strategi Digital Marketing
-
Resume & Interviewing
Cara Membuat CV yang Menarik HRD!
-
Productivity
Menerapkan Grit di Tempat Kerja
-
Motivation
Memahami Resesi. Apa Resesi Itu Sebenarnya?
-
Generation Millenials & Z
Kian Minimalis untuk Rumah ala Milenial
-
Self Improvement
Menghadapi Quarter Life Crisis
-
Generation Millenials & Z
Menariknya Kerja di Startup!
-
Tips of Management
Mempersiapkan Dana Darurat untuk Peristiwa Tak Terduga
-
E-learning
Kartu Prakerja dan Pelatihan Online
-
Self Improvement
7 Tips Beradaptasi di Lingkungan Kerja Baru
-
Productivity
Semakin Produktif dengan Makanan Sehat
-
Communication
Komunikasi Bisnis: Verbal & Non-verbal
-
Leadership
Kepemimpinan di Masa Krisis (Leadership in Crisis Time)
-
Generation Millenials & Z
Parenting Gaya Millennials
-
Motivation
3 Tips Never Give Up
-
Motivation
Sumber dan Faktor yang Menghilangkan Gairah Kerja
-
Self Improvement
Bekerja di Luar Passion? Siapa Takut!
-
Self Improvement
Pengertian Tidur, Manfaat Tidur, Serta Hubungan Antara Tidur dan Kinerja
-
Leadership
Budaya Organisasi: Pengertian, Fungsi, Jenis dan Karakteristiknya
-
Leadership
Etika Bisnis: Definisi, Tujuan, Contoh dan Manfaatnya dalam Perusahaan
-
Self Improvement
Pengertian Hutang dan 8 Cara Mengelola Hutang secara Efektif
-
Self Improvement
Pengertian Kartu Kredit dan 20 Cara Menggunakannya Secara Efektif
-
Self Improvement
Kerja Online: Pengertian, Manfaat dan Contoh Kerja Online
-
Self Improvement
Kerja Sampingan: Definisi, Manfaat dan Mengapa Ini Penting untuk Karyawan?
-
Leadership
Integritas: Pengertian, Contoh, Kebiasaan dan Cara Membentuknya
-
Enterpreneurship
Usaha Rumahan: Definisi, Kelebihan dan Kekurangan, serta Hal yang Perlu Disiapkan
-
Enterpreneurship
10 Pertimbangan Sebelum Membeli Bisnis Waralaba
-
Self Improvement
Manajemen Keuangan, Manfaat dan Tips Manajemen Keuangan untuk Karyawan
-
Leadership
Pengertian Manajemen, Tujuan Manajemen dan Keterampilan Manajemen
-
Generation Millenials & Z
Generasi Milenial, Fakta Generasi Milenial dan Tantangan Generasi Milenial
-
Mindset
Pengertian dan Manfaat Positive Thinking, serta Bagaimana Ini dapat Mengubah Hidup Kita?
-
Marketing & Sales
Negosiasi, Ciri-Ciri Negosiasi dan Contoh Negosiasi
-
Communication
Apa Saja Unsur-Unsur Komunikasi yang Perlu Kita Ketahui?
-
Leadership
Pengertian Fungsi Kepemimpinan dan 15 Fungsi Kepemimpinan
-
Communication
Pengertian Komunikasi secara Umum dan Tujuan Komunikasi
-
Self Improvement
Apa Itu Tujuan Hidup dan Bagaimana Mencari Tujuan Hidup?
-
Motivation
6 Langkah Utama untuk Tetap Mempertahankan Motivasi Hidup
-
Innovation
Pengertian Inovasi, Manfaat Inovasi, Tujuan Inovasi dan 5 Mitos Inovasi