×
STUDILMU Career Advice - 8 Hal yang Perlu Dihindari Perekrut saat Wawancara Kerja
Resume & Interviewing

8 Hal yang Perlu Dihindari Perekrut saat Wawancara Kerja

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

 
 
Halo rekan pembaca, ada beberapa hal yang perlu dihindari perekrut saat melakukan  wawancara kerja. Wah ternyata bukan hanya pelamar saja ya yang harus menyiapkan diri. Para perekrut juga perlu memerhatikan wawancara kerja yang mereka adakan agar mendapatkan karyawan dengan cara yang aktual dan adil. Hal apa sajakah yang perlu dihindari perekrut saat wawancara kerja?

1. Perekrut gagal mendapatkan informasi yang lengkap dan konsisten tentang kemampuan yang dimiliki pelamar yang dapat menunjang kesuksesan pekerjaan.

Ketika pelamar diminta untuk mengidentifikasi kualifikasi keterampilan dan persyaratan untuk kesuksesan performa pekerjaan mereka, biasanya perekrut akan memiliki tanggapan yang bertentangan dan tidak konsisten.
 
Sekalipun kompetensi yang diperlukan untuk jabatan tersebut telah didefinisikan dengan jelas, menurut penelitian, bahkan perekrut berpengalaman bisa berkecenderungan untuk menanyakan pertanyaan yang itu-itu saja dan berfokus pada beberapa kompetensi yang mudah saja. Akibatnya perekrut hanya memiliki informasi yang minim tentang keterampilan dan kemampuan yang sebenarnya dimiliki pelamar. Sehingga, perekrut memiliki pemahaman terbatas tentang potensi pelamar untuk sukses dalam pekerjaannya. Penggaliannya kurang komprehensif menjangkau keseluruhan kompetensi yang dibutuhkan di posisi tersebut.
 

2. Perekrut mengabaikan kesesuaian motivasi pelamar dengan organisasi dan pekerjaan yang dilamar.

Banyak perekrut yang hanya memfokuskan pertanyaan pada kemampuan yang dimiliki pelamar. Jarang sekali perekrut yang bertanya tentang keinginan pelamar, apakah mereka benar-benar menginginkan pekerjaan tersebut atau tidak. Pelamar yang memiliki keahlian bisa saja tidak termotivasi ketika pekerjaan tersebut tidak memberikan kepuasan pribadi. Kesesuaian motivasi merupakan faktor yang penting dalam semua pekerjaan, baik pekerjaan yang membutuhkan kemampuan yang biasa saja atau pekerjaan profesional sekalipun.
 
Sangatlah penting juga untuk mengidentifikasi kecocokan dan perbedaan apa yang ditawarkan oleh organisasi dengan hal yang disukai dan tidak disukai pelamar. Ini bertujuan untuk memberikan gambaran seberapa cocoknya pelamar dengan organisasi. Orang yang tidak dapat memiliki kepuasan pribadi dalam nilai-nilai yang dimiliki organisasi, maka ia tidak akan menjadi orang yang produktif. Ketidaksesuaian motivasi dan nilai pribadi dengan organisasi juga dapat menyebabkan rendahnya kinerja. Seseorang yang tidak memiliki kesesuaian motivasi dan nilai-nilai organisasi tidak akan mampu untuk menjadi karyawan yang produktif.
 

3. Kesimpulan perekrut yang mendasar pada bias dan stereotip.

Bias yang dimiliki perekrut dapat merefleksikan alasan negatif maupun positif yang tidak berkaitan dengan tanggung jawab pekerjaan. Misalnya, ketika perekrut memiliki anggapan bahwa pelamar dengan sepatu yang mengkilap atau yang memiliki model rambut yang klimis pasti kerjanya juga rajin.
 
Bias juga mungkin terjadi saat perekrut berhadapan pelamar datang dari beberapa kampus tertentu atau memiliki kesamaan hobi dengan perekrut. Misalnya kalau dia berasal dari kampus A, maka pasti kualitasnya bagus. Atau kalau berasal dari sekolah yang sama maka pasti bagus para lulusannya.
 
Prototipe yang dimiliki perekrut juga dapat menjadi hal yang bias. Misalnya, memiliki stereotip tertentu terhadap pelajar yang lama waktu penyelesaian kuliahnya pasti buruk. Padahal posisi yang dicari adalah satpam. Sehingga sebenarnya durasi waktu kuliah tersebut tidak ada hubungannya dengan tanggung jawab dalam pekerjaan.
 

4. Perekrut membiarkan pelamar mengendalikan proses wawancara.

Wawancara yang buruk terjadi ketika perekrut membiarkan pelamar berbicara panjang tentang hal-hal yang tidak terkait dengan pekerjaan yang dilamar. Ini juga dapat terjadi ketika perekrut bertanya  ‘Jelaskan tentang diri Anda.’ pertanyaan ini tidak akan memberikan informasi yang berkaitan dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang dilamar. Perekrut yang tidak dapat membuat wawancara berjalan dengan fokus dan gagal mengelola hal-hal detail yang disampaikan oleh pelamar, akan melewatkan hal-hal penting yang berkaitan dengan pekerjaan.
 

5. Perekrut mengambil keputusan dengan terlalu cepat.

Banyak perekrut yang mengambil keputusan dengan cepat berdasarkan kesan awal (informasi yang ada pada surat lamaran pelamar, pakaian yang dikenakan bahkan cara mereka berjabat tangan). Apapun alasanya, perekrut tidak lagi menjadi akurat karena penilaian yang didasarkan pada kesan pertama.
 
Penelitian menunjukkan bahwa biasanya orang yang telah membuat keputusan akan mencari informasi tambahan untuk mendukung keputusan tersebut atau untuk menemukan informasi yang menentang keputusan tersebut. Namun, dalam banyak kasus, para perekrut tidak melakukannya. Para perekrut yang tidak mencari informasi tambahan dan mengumpulkan fakta-fakta tentang pelamar setelah wawancara. Inilah yang membuat para perekrut tidak memiliki informasi yang tepat untuk mengevaluasi pelamar secara adil dan akurat..   
 

6. Keputusan perekrut dipengaruhi oleh tekanan akan kekosongan posisi.

Tekanan untuk segera mengisi posisi yang kosong bisa datang dari berbagai hal, misalnya berapa lama lowongan tersebut dibuka, pengaruh lowongan tersebut bagi bisnis atau sumber daya lainnya, atau banyaknya atensi yang diberikan manajemen senior terhadap kekosongan tersebut. Menurut penelitian, manajer perekrut bisa saja menurunkan standar mereka ketika mereka berada dalam tekanan ini. Mereka memiliki keharusan untuk segera mengisi kekosongan tersebut.
 
Ini bisa membuat perekrut memaklumi hal negatif yang dimiliki pelamar dan berpikir bahwa kurangnya kompetensi pelamar dapat ditingkatkan nanti dengan mengikuti pelatihan, tanpa mempertimbangkan apakah keterampilan itu mudah untuk dikuasai atau apakah pelatihan itu tersedia.

7. Keputusan perekrut dipengaruhi oleh hubungan kerabat.

Setelah seharian penuh melakukan wawancara dengan para pelamar yang tidak diterima, namun memberikan kesan menyenangkan akan membuat perekrut sulit untuk mempertimbangkan kualitas mereka. Namun, manajer yang membuat keputusan berdasarkan hubungan kerabat, bukan berdasarkan kriteria aktual yang berhubungan dengan pekerjaan, sangatlah berisiko. Jika memang perekrut tidak mendapatkan seseorang yang benar-benar sangat berkualitas, lebih baik memilih pelamar yang terbaik dari semua. Ini adalah cara yang sangat bijak dibandingkan harus memilih pelamar berdasarkan hubungan kekerabatan.
 

8. Perekrut mencatat informasi yang salah selama wawancara.

Banyak perekrut bergantung pada daya ingat mereka. Sedikit sekali yang mencatatnya. Beberapa perekrut bahkan tidak menyimpulkan hasil wawancara yang telah dilakukan. Tanpa membuat catatan, perekrut hanya akan membuat kesimpulan berdasarkan kesan atau perasaannya terhadap pelamar. Penelitian menunjukkan bahwa perekrut hanya mampu mengingat seperempat hal yang dibahas dalam wawancara. Inilah yang membuat perekrut mengambil keputusan berdasarkan perasaan, bukan fakta.
 
Perekrut yang tidak memiliki catatan tidak akan bisa mendapatkan informasi tentang kemampuan pelamar dengan tepat. Padahal, perekrut membutuhkan catatan untuk mengevaluasi kemampuan pelamar dan menentukan keputusan yang tepat. Ini juga membuat perekrut cenderung memberikan penilaian ‘biasa saja’ kepada para pelamar. Jadi, sebagai perekrut, sangatlah penting untuk membuat catatan selama wawancara.
 
Itulah hal-hal yang perlu dihindari perekrut saat wawancara kerja. Sebagai perekrut, semoga rekan pembaca dapat memilih orang yang tepat bagi perusahaan Anda dengan cara yang adil dan tepat.

Featured Career Advice