×
STUDILMU Career Advice - 5 Rahasia Hebat Untuk Memecahkan Krisis Employee Engagement
Leadership

5 Rahasia Hebat Untuk Memecahkan Krisis Employee Engagement

STUDILMU Users By STUDiLMU Editor

Apa yang Dimaksud dengan Employee Engagement (Keterikatan Karyawan)? 

Apakah sebelumnya rekan-rekan Career Advice sudah familiar dengan istilah employee engagement yang sering diartikan sebagai keterlibatan karyawan atau keterikatan karyawan? Jika belum tidak mengapa kok, karena kami disini akan membantu rekan pembaca untuk mengenal dan memahami employee engagement (keterikatan karyawan) lebih dalam dan membahas topik yang berkaitan dengan istilah ini. Employee engagement adalah suatu pendekatan yang dilakukan di tempat kerja yang bertujuan untuk mendorong seluruh anggota organisasi atau perusahaan agar dapat memberikan kinerja terbaik dan berkomitmen secara penuh untuk mencapai tujuan dan nilai-nilai perusahaan yang diharapkan. Keterlibatan karyawan adalah salah satu kata kunci yang sangat penting untuk diterapkan di dalam bisnis modern seperti sekarang ini. Mengapa demikian? Karena keterlibatan karyawan dalam perusahaan yang begitu kuat dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang diharapkan dan di satu sisi juga dapat membantu para karyawan untuk mengembangkan keterampilan mereka di tempat kerja. Dengan kata lain, keterlibatan karyawan dalam kualitas kinerja memang sangat diperlukan. 
 
Update terkini menyatakan bahwa survei keterikatan karyawan yang dilakukan oleh Deloitte, Forbes dan Glassdoor menemukan kata “krisis” dalam keterikatan karyawan (employee engagement). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gallup, hanya 13% para karyawan di seluruh dunia yang benar-benar terikat dalam employee engagement di tempat kerja mereka. 
 
Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat keterikatan karyawan di seluruh dunia masih sangat rendah. Sedangkan, peranan employee engagement atau keterlibatan karyawan dalam meningkatkan mutu kinerja karyawan sangatlah diperlukan. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Temkin Group juga menunjukkan bahwa seiring meluasnya metrik pengukuran employee engagement yang digunakan oleh suatu perusahaan, maka employee engagement yang ada di dalamnya semakin menurun. Dari fakta-fakta inilah krisis employee engagement mulai bermunculan. 

Apa Saja Rahasia Hebat yang Ampuh untuk Memecahkan Krisis Employee Engagement? 

Menurut website jobable dot com, ada 5 rahasia hebat yang bisa kita jadikan panduan untuk menyelesaikan krisis employee management di tempat kerja. Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini. 
 

1. Mencari Tahu tentang Bagaimana Employee Engagement (Keterlibatan Karyawan) dapat Diukur. 

Cara paling pertama dan utama yang dapat kita lakukan untuk memecahkan krisis employee engagement adalah mencari tahu terlebih dahulu tentang pengukuran yang jelas dan tepat untuk mengukur employee engagement atau keterlibatan karyawan. Seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya bahwa penelitian yang dilakukan oleh Temkin Group menyatakan bahwa “semakin luas metrik pengukuran employee engagement yang kita gunakan, maka employee engagement yang ada di dalam perusahaan tersebut akan semakin menurun”. 
 
Banyak perusahaan zaman sekarang yang menghabiskan sebagian waktu mereka untuk mengukur beberapa indikator keterikatan karyawan yang salah. Akibatnya, mereka tidak menemukan solusi apapun untuk bisa meningkatkan dan menjaga employee engagement di tempat kerja. Hal yang lebih menyedihkannya lagi, para pemimpin mulai menyalahkan karyawan mereka karena employee engagement yang rendah telah mengharuskan para pemimpin untuk memberikan umpan balik atas kinerja mereka yang menurun. Padahal, jelas ini adalah tanggung jawab utama yang dimiliki para pemimpin dan manajer kepada para karyawannya. 
 
Ada beberapa metrik yang digunakan survei online dalam mengukur employee engagement. Misalnya, mereka melihatnya berdasarkan pada kriteria seperti, kepuasan kerja yang dirasakan karyawan, peluang karyawan untuk berprestasi di tempat kerja, seberapa besar karyawan mendapat dukungan dari pemimpinnya, atau jumlah kinerja yang sudah dilakukan oleh karyawan dalam periode tertentu. 
 
Beberapa metrik tersebut akan membantu kita dalam mengukur employee engagement yang tepat dan spesifik. Namun, di satu sisi kita juga perlu membangun kekuatan emosional yang baik antara pemimpin dan para karyawan, sehingga kita juga lebih mudah untuk meningkatkan employee engagement di tempat kerja. 
 

2. Sadari bahwa Teknologi bukanlah Solusi Utama untuk Menyelesaikan Krisis Employee Engagement. 

Cara kedua yang harus kita lakukan adalah memahami dengan baik bahwa teknologi bukanlah solusi utama yang bisa kita andalkan untuk meningkatkan dan menjaga employee engagement di tempat kerja. Memang benar bahwa teknologi dapat membantu banyak perusahaan dalam melakukan update teknologi terbaru yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Misalnya, perusahaan menginstall suatu perangkat lunak terbaru yang dapat membantu karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan lebih cepat. Selain itu, teknologi menawarkan beberapa platform terbaru seperti Slack, Whatsapp atau Facebook Messenger untuk perusahaan dan bisnis, sehingga para karyawannya bisa lebih cepat dalam berkomunikasi dengan klien atau mitra bisnis yang lain.  
 
Dari kedua contoh tersebut, kita bisa melihat bahwa teknologi memang dapat membantu kita dalam meningkatkan employee engagement, yang mana mereka akan merasa lebih bahagia dengan pekerjaan yang semakin mudah. Sayangnya, teknologi tidak dapat membantu menyelesaikan masalah mendasar yang ada pada krisis employee engagement. 
 
Salah satu krisis mendasar dari employee engagement adalah teknologi belum tentu dapat membangun komitmen yang dimiliki karyawan terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Di sisi lain, teknologi memang memudahkan karyawan untuk berkomunikasi dengan sesama, baik kolega, klien, mitra bisnis, dan lain-lain. Tapi, apakah teknologi bisa membuat karyawan merasakan hubungan komunikasi yang tulus? Tentu saja, tidak. 
 
Teknologi belum tentu membuat karyawan menjadi loyal dengan tempat kerjanya dan teknologi belum tentu membuat karyawan merasakan hubungan kerja yang tulus, dimana hubungan ini sekedar karena “saya butuh energi dan kinerja Anda, maka dari itu saya berinteraksi dengan Anda”. Lebih dari semua itu, karyawan juga manusia biasa yang ingin memiliki hubungan lebih dari kolaborasi, namun saling mengerti satu sama lain dengan koleganya dan saling berbagi tujuan yang sama. 

3. Kita Perlu Mengenali dan Memahami Kompleksitas Manusia yang Memang Cukup Rumit.

Jika teknologi seutuhnya tidak bisa membantu kita dalam memecahkan krisis employee engagement, lalu cara apa yang dapat kita lakukan dalam meningkatkan employee engagement? Jawabannya adalah mengenali dan memahami kompleksitas manusia yang memang tidak akan mudah untuk kita lakukan. 
 
Semua karyawan hanyalah manusia biasa, sama seperti semua pemimpin. Kita perlu ingat bahwa keinginan manusia dan segala hal yang berkaitan dengannya memang hal yang rumit. Banyak aspek yang perlu dipenuhi untuk mencapai kepuasan seorang manusia, membangun jalinan dalam hubungan yang dalam atau chemistry yang kuat, dan segala hal lainnya yang berkaitan dengan manusia. 
 
Logikanya, jika perusahaan meluangkan waktu yang lebih banyak untuk memahami kondisi setiap karyawannya, maka besar kemungkinan employee engagement di perusahaan akan semakin meningkat drastis. 
 
Salah satu contoh dalam memahami kompleksitas manusia adalah memahami apa yang benar-benar diinginkan oleh karyawan di tempat kerja. Berdasarkan tingkat kebutuhan manusia yang disusun oleh Maslow menyatakan bahwa “koneksi” adalah salah satu hal yang menjadi kebutuhan dasar manusia. Bahkan, koneksi jauh lebih dibutuhkan daripada “keamanan fisik”. Koneksi yang kuat akan membuat karyawan merasa diakui dan dihargai di tempat kerja, sehingga mereka akan merasa terikat atau terlibat dengan orang-orang di tempat kerja. 
 
 
Contohnya, perusahaan yang menggunakan sebutan “kami” akan memiliki karyawan yang lebih terikat dibandingkan perusahaan yang menggunakan kata sebutan “mereka”. Fakta lain menunjukkan bahwa para karyawan yang memiliki sahabat atau rekan kerja yang mereka percaya akan merasa lebih terikat dan bahagia di tempat kerja. Intinya, mengetahui kebutuhan dasar yang diinginkan karyawan dan terus memotivasi mereka agar merasa nyaman dan betah di tempat kerja adalah langkah yang perlu kita lakukan untuk memecahkan krisis employee engagement.
 

4. Menerapkan Psikologi Positif juga Hal yang Perlu Dilakukan. 

Rahasia hebat keempat yang ampuh untuk memecahkan krisis employee engagement adalah menerapkan psikologi positif di tempat kerja. Sebelumnya, apakah rekan-rekan Career Advice pernah mendengar istilah “psikologi positif” sebelumnya? Psikologi positif adalah suatu studi ilmiah yang membuat kita untuk berfokus pada apa yang paling berharga di dalam kehidupan. Dengan kata lain, kita menaruh fokus tertinggi pada segala hal positif yang ada pada suatu hal. 
 
Misalnya, kita mencari tahu bagian mana yang paling terbaik dari kinerja seorang karyawan. Fokus pada kekuatan yang dimiliki karyawan tersebut. Misalnya, karyawan yang kita evaluasi ini tidak pernah datang terlambat dan selalu menyelesaikan tugas kerja dengan tepat waktu. Ini suatu hal yang perlu diapresiasi, bukan? 
 
Nah, pujilah karyawan kita berdasarkan masing-masing kinerja dan keunggulan yang mereka miliki. Mungkin usaha ini terdengar sangat sederhana ya, rekan-rekan. Tapi, tahu tidak? Cara ini terkenal sangat efektif loh!
 
Psikologi positif akan mengarahkan kita pada kepercayaan, dan kepercayaan akan membimbing kita pada employee engagement yang kuat. Jadi, salah satu hal yang sangat penting untuk kita miliki dalam membangun employee engagement dan memecahkan krisisnya adalah “Memberi kepercayaan pada seluruh karyawan kita”. 
 
Hebatnya lagi, kepercayaan yang diberikan oleh pemimpinnya bukan hanya meningkatkan rasa optimis mereka dalam bekerja. Akan tetapi, hal ini akan mendorong mereka untuk melakukan pengembangan diri. Dengan cara ini, krisis employee engagement lama-kelamaan akan semakin terkikis. 
 

5. Pemimpin Menjadi Salah Satu Aktor Penting untuk Memecahkan Krisis Employee Engagement. 

Rahasia hebat terakhir yang tidak boleh kita abaikan adalah pemimpin memiliki pengaruh yang sangat penting untuk memecahkan krisis employee engagement. Memecahkan krisis employee engagement bukan hanya melalui pengukuran employee engagement yang tepat, menggunakan teknologi, memahami kompleksitas manusia dan menerapkan psikologi positif. Namun, pemimpin juga memiliki pengaruh yang tinggi dalam membuat para karyawannya semakin terlibat dengan perusahaan. 
 
Suatu penelitian yang dilakukan Gallup menyatakan bahwa “Manajer memiliki dampak sekitar 70% dalam membangun keterlibatan para karyawan di dalam suatu organisasi atau perusahaan”. Intinya, tidak peduli seberapa hebat kinerja tim kita, entah itu sangat hebat atau biasa-biasa saja, manajer memiliki peranan untuk mendorong timnya agar semakin termotivasi dan bersemangat dalam bekerja. 
 
Berikut ini adalah beberapa contoh yang harus menjadi fokus bagi para pemimpin ketika ingin meningkatkan employee engagement berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bill Hogg:
1. Langkah kemajuan karyawan. 
2. Rasa pengakuan untuk karyawan. 
3. Memotivasi karyawan dalam melakukan pekerjaan. 
4. Memotivasi karyawan dalam melakukan pengembangan pribadi. 
5. Mendorong clarity (kejelasan). 
6. Membangun lingkungan kerja yang positif. 
8. Memperbolehkan karyawan untuk menyuarakan pendapatnya. 
 
Nah dari kedelapan fokus di atas, apakah rekan-rekan yang sudah menduduki peranan sebagai pemimpin sudah melakukannya? Coba evaluasi kembali kepemimpinan kita agar kita dapat memecahkan krisis employee engagement yang ada. Selain itu, 5 rahasia di atas adalah cara terhebat yang bisa membantu kita dalam memecahkan krisis employee engagement di tempat kerja. Jadi, selamat memecahkan krisis itu ya, rekan-rekan.

Featured Career Advice